Jumat 23 Nov 2018 16:14 WIB

Umat Islam Diimbau Teladani Sprit Nabi Muhammad

Teladan itu sangat penting untuk merekatkan keragaman di Indonesia.

Nabi Muhammad SAW
Foto: goofgaduud.webnode.nl
Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di dunia sudah sepatutnya meneladani nilai-nilai dan sikap keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam menjaga perdamaian dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Teladan itu sangat penting untuk merekatkan keragaman di Indonesia menjadi semangat persatuan agar tidak mudah tercerai-berai terutama dari gangguan intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

“Meneladani Nabi Muhammmad  sangat penting sekali karena banyak ahli ataupun pakar yang telah menulis tentang kebesaran beliau bukan disebabkan karena kekuatan harta bendanya, tahtanya atau bala tentara yang dimilikinya. Tetapi kekuatan terbesar dari Nabi Muhammad itu adalah akhlak, budi pekerti, moralitas, mentalitas, spiritualitas, yang dimiliki beliau itu sangat luar biasa,” ujar Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta, Prof Dr Ahmad Syafii Mufid, Kamis (22/11).

Lebih lanjut Syafii Mufid mengatakan, setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua yang wafat lalu kemudian diasuh oleh kakek dan pamannya, Nabi Muhammad bisa tampil sebagai sosok pemuda yang sangat dikagumi oleh bangsa Arab khususnya kaum Qurais dengan  mendapatkan gelar dengan sebutan Al Aamin. Yang mana artinya Nabi Muhammad itu adalah orang yang dapat dipercaya yang  mana tidak pernah berbohong, kalau berkata perkataannya benar, kalau berjanji selalu tepati janjinya, dan kalau diberi amanat akan tunaikan amanat itu.

“Meskipun tidak sekolah seperti orang zaman sekarang ini, semua mengakui kecerdasan Nabi Muhammad itu melampaui semua kecerdasan yang pernah ada di muka bumi ini. Itu digambarkan dalam sejarahnya, dituturkan oleh para penutur, para penyair yang kemudian melahirkan syair-syair yang sangat luar biasa dan itu dibacakan orang pada saat perayaan Maulid Nabi seperti Barzanji,” ujarnya.

Pria yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta mengatakan, Nabi Muhammad dalam perjalanan hidupnya ketika di Makkah telah menghadapi berbagai macam cobaan, tantangan, hinaan bahkan ancaman mati. Namun di dalam diri Nabi Muhammad tidak ada rasa sedikit pun untuk memiliki rasa balas dendam kepada mereka-mereka yang pernah mengancamnya.

“Bahkan ketika pindah ke Madinah, Nabi Muhammad bisa bergaul dengan semua orang, baik dengan orang Yahudi, nasrani, para penyembah berhala, kaum musyrikin, kaum munafik dan sebagainya. Namun sikap Rasulullah kepada mereka sungguh sangat luar biasa, beliau bisa hargai semua itu. Beliau ajak semua itu untuk membangun Madinnah, saling mempercayai dibawah sebuah perjanjian damai yang disebut dengan Piagam Madinah,” ujarnya 

Lebih lanjut Syafii Mufid menjelaskan, dengan Piagam Madinah itu Nabi Muhammad mampu menciptakan perdamaian antar suku dan agama dimana masyarakatnya diajak untuk membangun masjid secara bersama-sama serta membangun pasar agar ekonomi rakyat itu dapat berkembang dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement