Rabu 28 Nov 2018 07:00 WIB

Menebar Hidayah Rasulullah SAW

Kemulian dan kebaikan hati Safanah kunci kabilahnya memeluk Islam.

Rasulullah

Rasulullah SAW mengakui keluhuran pekerti ayah Safanah. Tatkala Safanah menceritakan perihal sosok sang ayah kepada Nabi, Rasul memberikan komentar luar biasa. “Wahai anak perempuan, semua sifat yang dimiliki ayahmu sejatinya adalah karakter Mukmin yang sebenarnya. Seandainya ayahmu Muslim, kita akan sangat menyayanginya. Tinggalkan Safanah karena ayahnya menyukai pekerti luhur, dan Allah SWT juga mencintai hal yang sama.” Namun sayang, sampai menghembuskan nafas terakhirnya pada 46 Hijriah, Abu Safanah belum memeluk Islam.

Tak ada informasi lebih lengkap perihal riwayat hidup Safanah. Cerita tentang kebaikannya mengalahkan popularitas riwayat hidupnya. Sejumlah literatur tidak mencantumkan sama sekali kapan tokoh sahabat perempuan (shahabiat) ini lahir dan meninggal dunia. Kisah yang dinukil hanya dipenuhi dengan semerbak kedermawanannya. 

Ia adalah figur panutan. Parasnya cantik dan berkulit putih. Postur tubuhnya tinggi. Gaya bicaranya lugas, fasih, santun, dan komunikatif. Kepercayaan dirinya tinggi dan bangga berbagi derma. Kecintaannya terhadap tanah kelahiran sangat tinggi. Dikisahkan, ia kerap mengawasi delegasi yang hendak pergi ke Madinah seraya berharap kelak ia akan kembali ke sana.

Kisah peralihannya sebagai Muslimah, kembali pada peristiwa penawanan suku Thai. Safanah tampil ke hadapan Rasulullah berdiplomasi agar ia dilepaskan. Ia mengatakan, “Wahai Muhammad, jika engkau melepaskanku, maka engkau tidak akan dicaci-maki oleh pembesar Arab karena aku adalah putri pemimpin kaum. Ayahku kerap membantu orang yang kesusahan, melindungi kaum lemah, melayani tamu, memberi makan orang kelaparan, menyelesaikan masalah, menebar salam, dan tidak pernah menolak siapa pun yang meminta bantuan. Aku putri Hatim ath-Thai.” Rasulullah menyuruh agar ia dibebaskan. Nabi memuji ketinggian pekerti ayahnya. “Seandainya ia Islam, kita amat menyayanginya,” sabda Rasulullah.

Kebaikan hati Rasulullah mengetuk hatinya. Saat rombongan pendeta dari kaumnya datang, Rasul memberikan Safanah pakaian dan menyerahkan uang bekal. Ia berikrar syahadat lalu kembali ke Syam. Sesampainya di Syam, ia menghadap saudaranya, Addi. Saudaranya itu penasaran dan bertanya-tanya seperti apakah sosok Rasulullah.

Safanah menjawab, “Aku melihat demi Allah, kamu harus segera mendatanginya. Jika lelaki ini adalah seorang nabi, maka siapa pun yang pertama mendatanginya akan memperoleh keutamaan.” Peristiwa ini merupakan momen terpenting dalam sejarah sukunya. Cerita Safanah tentang Muhammad membawa hidayah bagi saudara dan segenap kaumnya. Dialah penyampai hidayah yang dermawan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement