Rabu 21 Nov 2018 23:05 WIB

Pesantren Sabilillah Tampung Korban KDRT

Ada santriwati di sini yang pernah menjadi korban kekerasan seksual.

Santri
Foto:

Meski Ponpes Sabilillah di awal pendiriannya pada 1964 oleh ayahanda Ahmad Kholik, yakni almarhum KH Junaedi, awalnya berupa pesantren salafi, kini sudah berkembang dengan keberadaan sekolah formal, yakni mulai dari Raudhlatul Atfal (TK) dan juga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) multimedia.Sedangkan untuk madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), pihak ponpes menghubungkannya dengan sekolah setingkat di desa/kecamatan setempat.

"Untuk SMK multimedia ini kami agak nekat karena sarana dan prasarana, seperti komputer terbatas, yakni hanya dua buah, itu pun menumpang di sekretariat kantor yayasan," katanya.

Mengenai biaya pendidikan di Ponpes Sabilillah, ia menegaskan bahwa semuanya tidak dikenakan biaya. "Hampir semua santri dan santriwati adalah dari keluarga miskin, jadi tidak mungkin ada pengenaan biaya pendidikan," kata Ahmad Kholik menegaskan.

Khusus untuk SMK multimedia, ia mengatakan bahwa sebenarnya peserta didiknya juga berasal dari keluarga miskin, namun ada semacam biaya SPP (sumbangan pembinaan pendidikan), namun nilainya hanya di kisaran Rp5.000-Rp7.500 per bulan.

"Itulah yang kemudian untuk tambahan gaji para gurunya," tambahnya.

Ia mengatakana bahwa untuk kepentingan pendidikan  -- khususnya untuk pendidikan di pesantren -- pihaknya bersyukur ada bantuan dari Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI).

"Syukur Alhamdulillah, kami terbantu sekali, dan berterima kasih ada bantuan dari YBM-BRI, baik untuk beasiswa santri, apresiasi untuk 'asatid'(guru ponpes), termasuk sarana dan prasarana," katanya.

Ketua Badan Pengurus YBM-BRI pusat H Tri Wintarto dalam laporan pengukuran kinerja dampak integrasi program pemberdayaan berbasis pondok pesantren menjelaskan program itu telah berjalan di 19 kantor wilayah (kanwil) YBM-BRI seluruh Indonesia sejak 2014.

Ia menjelaskan bahwa integrasi program pemberdayaan berbasis pondok pesantren adalah integrasi program ekonomi dan sosial secara terpadu.Bentuk intervensi program yang dilakukan meliputi beasiswa santri, apresiasi pendidik, bantuan saran-prasarana seperti asrama santri, mandi-cuci-kakus (MCK), ruang kelas, serta BUMP.

"Adanya integrasi program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan berkontribusi atas kemandirian operasional pondok pesantren," demikian Tri Wintarto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement