Rabu 21 Nov 2018 22:23 WIB

Umat Islam Hidup Nyaman di Islandia

Perkembangan Islam terasa kian pesat.

Fenomena alam aurora borealis atau northern lights tampak di langit dekat Reykjanesbaer di Islandia, (14/10).
Foto: EPA
Fenomena alam aurora borealis atau northern lights tampak di langit dekat Reykjanesbaer di Islandia, (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim Islandia juga sangat aktif dalam kegiatan keislaman. Sebagian dari mereka tergabung dalam Asosiasi Muslim Islandia. Sebagian lain bergabung dalam Pusat Kebudayaan Islam Islandia (Islamic Cultural Centre of Iceland / ICCI).

Kedua organisasi ini sangat kompak dalam mendakwahkan Islam di negara seluas 103 kilometer persegi tersebut. Dua organisasi tersebut mendapat pakta resmi dari pemerintah. Asosiasi Muslim Islandia didirikan pada 1997 oleh seorang imigran Palestina bernama Salman Tamimi. Saat ini anggota asosiasi tersebut telah mencapai sekitar 419 orang.

Dengan kehadiran dua asosiasi tersebut, Muslimin Islandia dapat hidup nyaman dan tenteram. Keduanya merupakan payung dalam pengembangan Islam di negeri tersebut.

Perkembangan Islam terasa kian pesat sejak adanya pernikahan mualaf asli Islandia untuk kali pertama. Hjalti Bjorn Valthorsson dan Gunnhildur Aevarsdottir merupakan pasangan mualaf tersebut.

Pernikahan yang digelar pada 2009 lalu itu menjadi bukti mulai berakarnya Islam di kalangan warga asli Islandia. Warga asli Islandia memang mulai memperlihatkan ketertarikan pada Islam.

Seperti dikatakan Tamimi, banyak pemuda yang tertarik menjadi Muslim. “Dua atau tiga tahun yang lalu Anda bisa menghitungnya hanya dengan jari satu tangan, tapi sekarang (2009) ada antara 30 dan 40 di Asosiasi Muslim. Hal ini tampaknya akan menjadi pertanda baik bagi umat Islam, baik di sini maupun di tempat lain di Islandia,” ujar Tamimi.

Kehidupan Muslimin Islandia yang menarik ini pernah menjadi perhatian stasiun televisi Al-Jazeera dengan menayangkan sebuah dokumenter tentang kehidupan sehari-hari Muslimin Islandia.

Tergambar di film dokumenter itu, betapa Muslimin Islandia amat taat beribadah. Mereka tetap giat berpuasa Ramadhan meski harus menahan lapar dan dahaga jauh lebih lama dibanding Muslimin di belahan dunia lain, apalagi Indonesia.

Al-Jazeera juga memperlihatkan kehati-hatian Muslimin Islandia dalam hal pangan halal. Mereka rupanya memiliki sistem penyembelihan hewan secara Islami. Hebatnya, daging sapi dan domba halal itu tak hanya untuk memasok kebutuhan Muslimin Islandia, namun  juga diekspor negara-negara lain, termasuk negara-negara Islam.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement