REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sahabat-sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW tidak hanya ada di dua kota suci Makkah dan Madinah saja, tetapi mereka tersebar di berbagai penjuru negeri. Mulai dari negeri Syam merujuk ke sejumlah tempat di Timur Tengah seperti Lebanon, Palestina dan Suriah.
Mereka juga ke tersebar ke wilayah Habasyah, saat ini dikenal dengan nama Ethiopia atau Eritrea. Menurut Dr Sayuqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith al-Nabawi, wilayah al-Habasyah, saat ini dikenal dengan nama Ethiopia atau Eritrea.
Habasyah merupakan wilayah yang penting bagi perkembangan agama Islam di tahap-tahap awal. Sebab, negeri yang dipimpin Raja An-Najasyi itu telah menjadi penyelamat akidah para sahabat di awal masa perkembangan Islam.
‘’Masyarakatnya dikenal sebagai al-Habasy yakni bangsa Sudan atau bangsa berkulit hitam,’’ ujar Dr Syauqi.
Dalam kitabnya Al-Isbahah fi Tamyiz ash-Shahabah, Ibnu Hajar al-Asqalani wafat pada tahun 852 hijriah atau 1449 masehi, sahabat nabi sendiri adalah orang yang waktu bertemu dengan Rasulullah dalam keadaan beriman dan waktu mati juga dalam keadaan beriman. Kemudian apabila ada orang yang waktu bertemu atau berkumpul dengan Rasulullah dalam keadaan beriman, kemudian dia keluar dari Islam atau murtad, maka orang tersebut tidak termasuk sebagai sahabat.
Salah satu yang menyebabkan sahabat dan keluarga nabi Muhammad SAW hijrah ketidaktahanan beliau menyaksikan penderitaan para sahabat dan kaum muslimin karena kekejaman kaum Quraisy. Maka dari itu beliau menghimbau agar kaum muslimin hijrah keluar kota Makkah.
Beliau khawatir kaum Quraisy akan semakin kejam menyiksa dan menganiaya para sahabat dan kaum muslimin. Bahkan Rasulullah SAW menerima berbagai macam penghinaan, sampai teror pembunuhan.
Apalagi perlakuan keji dan penghinaan kaum Quraisy tidak saja ditujukan kepada pengikut beliau saja tapi juga kepada para sahabat terkemuka yang sebelumnya sangat dihormati dan memiliki pengaruh dikalangan kaum Quraisy. Namun sejumlah sahabat meminta kepada Rasulullah SAW agar diizinkan tetap bertahan di Makkah.
Meski menerima perlakuan keji kaum kafir tersebut, tapi mereka berjanji akan tetap mempertahankan keimanannya, sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya.
Pada tahun ketujuh sebelum hijriah atau 615 Masehi atau tahun kelima setelah kenabian, terjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam. Saat itu, para sahabat yang baru memeluk Islam mendapat teror dan siksaan dari kaum kafir Quraisy.
Rasulullah SAW lalu memerintahkan para sahabat untuk menyelamatkan diri ke Habasyah. ‘’Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorangpun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya, hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas peristiwa yang menimpa kalian,’’ ujar Nabi SAW. (Fathul Bari 7;189)
Pada tahun kelima kenabian, sejumlah golongan sahabat nabi ke Habsyi. Rasulullah saw berpesan agar kaum muslimin tinggal di Habsyi sampai Allah SWT memberi jalan keluar dari penderitaan yang menimpa kaum muslimin tersebut.
Para sahabat nabi diizinkan tetap tinggal di Habsyi dan mendapat perlindungan dari kerajaan Habsyi, hingga mereka hidup aman dan tentram tanpa adanya gangguan maupun ancaman dari orang-orang kaum Quraisy. Setelah sekian lama tinggal Habsyi, mereka ada yang kembali ke Makkah dan sebagian tetap tinggal sampai tahun ke 7, yaitu sebelum hirah Rasulullah SAW ke Madinah.