REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama Repu lik Indonesia (Kemenag RI) terus berupaya mengembangkan Alquran Digital. Generasi pertama Alquran Digital Kemenag telah dirilis pada 2016.
Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kemenag Muchlis Hanafi mengatakan pihaknya telah melakukan revisi dan pembaruan aplikasi ini. Sehingga secara tampilan lebih menarik dan lebih ringan.
"Penelitian ini berusaha memotret kecenderungan masyarakat dalam menggunakan Alquran Digital versi Kemenag. Sehingga, kita bisa menghadirkan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, bukan seperti yang kita inginkan," ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (18/11).
Menurut Muchlis, keinginan kuat untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat tidak cukup jalan sendiri. "Kita harus bersinergi dengan Kominfo untuk pengembangan Alquran Digital ini," ungkapnya.
Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa keberadaan Alquran Digital sangat dibutuhkan masyarakat dalam mendukung aktifitas keagamaan maupun non-keagamaan. Masyarakat juga menghendaki produk Alquran Digital memiliki fitur serta konten yang lengkap, tapi tidak memberatkan kapasitas ponsel pintar.
Hasil penelitian ini dibahas sejumlah narasumber, yaitu Guru Besar Unindra Prof. Mulyani Nurhadi, Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan TIK Kemkominfo Nusirwan, Kepala Bidang Pengkajian Alquran Abdul Aziz Sidqi. Nusirwan misalnya, menyatakan bahwa pengembangan aplikasi juga harus diiringi penguatan konten, regulasi, dan teknologi.
"Kuatkan infrastruktur, regulasi, dan SDM," ungkap Nusirwan. Acara dihadiri 75 undangan yang terdiri dari unsur perguruan tinggi Alquran, pusat studi Alquran, termasuk pengembang Quran Digital.