REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena hijrah sedang melanda pemuda-pemudi di Tanah Air. Terutama pada Muslim perkotaan seperti Jakarta. Banyak dari mereka yang mendeklarasikan diri ingin berhijrah.
Salah satu yang dilakukannya adalah mengubah cara mereka berpakaian dari tidak berhijab menjadi berhijab bagi perempuan. Sedangkan, laki-laki mulai mengenakan busana Muslim.
Menurut Ustaz Fatih Karim dalam kajian pada Hijrah Fest 2018, belum lama ini, hijrah bukan sekadar mengubah cara berpakaian. Para pelaku hijrah juga harus lebih mendekatkan diri kepada Allah. Menurut dia, hijrah harus tidak setengah-tengah, tapi 100 persen."Jangan-jangan kita ma nusia setengah hijrah," ujar dia.
Ustaz Fatih meminta kepada mereka yang berniat hijrah agar berhijrah 100 persen. Menurut dia, sesuatu yang tidak dikerjakan dengan 100 persen hasilnya tidak akan maksimal. Dia men con toh kan, ketika seorang yang ingin ber obat, pasien itu pun ha rus meminum obat 100 persen agar penyakitnya cepat sembuh.
Ustaz Fatih juga menceritakan tentang pengalaman hidupnya selama ini. Dia mengungkapkan perjalanan hidupnya selama membuatnya sadar bahwa hidup pun harus dijalani 100 persen. Ji ka tidak demikian, dia menegaskan, tidak akan mendapatkan apa pun yang diharapkan. "Ru mus pertama adalah kalau tidak 100 persen kita bisa dapat nol per sen," kata Ustaz Fatih.
Menjalani hidup 100 persen pun juga sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut ditunjukkan Nabi Muham mad dengan menjawab salam de ngan lengkap ketika disapa oleh seseorang. Begitu juga dalam ber dakwah, Nabi Muhammad pun melakukannya dengan 100 persen.
Ustaz Fatih menyoroti banyak nya orang yang menahbiskan dirinya sudah hijrah. Menurut dia, pengakuan tersebut tidak semestinya dilakukan. Sebab, hijrah itu sendiri adalah sebuah proses memperbaiki diri hingga ajal menjemputnya.
Para ulama mengatakan, hijrah 100 persen me rupakan sebuah upaya mening gal kan yang dilarang oleh Allah. "Hijrah sempurna adalah yang meninggalkan yang dilarang," kata Ustaz Fatih menegaskan.
Meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah, Ustaz Fatih berpendapat, bukan hal yang mudah. Dia mengungkapkan, pekerjaan tersebut berkaitan dengan nafsu. Jika tak bisa mengendalikan naf su akan cenderung kesulitan me ninggalkan larangan Allah.
Karena itu, Ustaz Fatih mengajak umat Islam agar berubah ke arah yang lebih baik. Dia mencontohkan, bagi mereka yang shalat sendiri agar berjamaah di masjid. Mereka yang tidak bisa membaca Alquran agar belajar Alquran. Tak hanya itu, hidup di dunia pun harus berubah karena alam pun berubah.
Mereka yang tidak ingin berubah akan siap-siap untuk mengalami kepunahan. Selayaknya alam, dia menjelaskan, manusia setiap zaman pun mengalami perubahan. Hijrah 100 persen merupakan jalan agar manusia tidak punah dengan cara meninggalkan larangan Allah.
Ustaz Fatih menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang berhijrah 100 persen antara lain ber tak wa. Takwa itu memiliki ci ri-ciri, yakni memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Contoh nya takut untuk melakukan perbuatan korupsi. Mereka akan se lalu merasa diawasi oleh Allah. "Allah tak terlihat bukan karena gak ada, karena mata kita terbatas," ujar dia.
Kemudian, dia menjelaskan, orang yang bertakwa merupakan orang yang selalu ridha terhadap sesuatu yang sedikit didapatkannya. Dia selalu bersyukur atas apa yang didapatkannya walau pun tidak banyak. Ciri takwa selan jut nya adalah mengamalkan seluruh perintah Allah tanpa terkecuali.
Menurut dia, mereka yang me lak sanakan perintah Allah menandakan akidahnya lurus. Termasuk sibuk mempersiapkan bekal menghadapi kematian ada lah ciri dari takwa. Setiap saat mereka meminta ampunan kepa da Allah agar dosa-dosanya dapat terhapus dan memudahkan ma suk surga.
Ustaz Fatih mengatakan, ada perbuatan yang pahalanya da pat mengalir abadi meskipun su dah meninggal dunia. Perbuat an tersebut yaitu sedekah dan il mu yang bermanfaat serta anak-anak saleh yang mendoakan orang tua nya. Ustaz Fatih juga mengajak jama ah agar tidak meninggalkan sha lat dan puasa agar semakin istiqa mah dalam berhijrah.