Jumat 09 Nov 2018 05:00 WIB

Mengambil Cahaya Al-Ashr

Ayatnya ringkas, tiga ayat saja. Namun, kandungannya teramat luas.

ilustrasi merenungi waktu dan dosa
Foto:

Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir Al-Wasith menjelaskan, Allah SWT mengawali ayat ini dengan sumpah demi waktu. Waktu atau masa adalah rentetan pelajaran yang harus direnungi manusia. Ada  pergiliran siang dan malam, gelap dan terang silih berganti. Hal ini menandakan jika kondisi kehidupan akan terus dinamis.

Waktu sebagai objek sumpah juga sangat penting. Bahkan, kita dimakruhkan mencela waktu. Rasulullah SAW bersabda, "Jangan mencela waktu karena Allah-lah (pencipta) waktu."

Kemudian Allah menerangkan sejatinya tiap insan berada dalam kondisi serbarugi. Ia rugi baik dalam perdagangan, pekerjaan, maupun amal di dunia. Syekh Wahbah menjelaskan, kerugian ini jelas tampak pada orang-orang yang tidak beriman. Mereka menderita kerugian di dunia dan di akhirat. Dan itulah makna kerugian yang sebenarnya.

Sementara, orang mukmin meski kadang rugi di dunia, seperti rugi dalam perniagaan, kerasnya hidup, kemiskinan, dan lainnya, kerugian itu tidak ada maknanya sama sekali dibanding kenikmatan di akhirat.

Semua orang yang hakiki dalam keadan rugi bisa keluar menuju keberuntungan. Mereka yang beruntung adalah orang-orang yang memenuhi empat kriteria yang termaktub dalam surah al-Ashr.

Pertama, orang yang beruntung adalah orang yang beriman kepada Allah SWT dengan benar. Termasuk di dalamnya mengimani malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qadha, dan qadar yang baik dan buruk. Beriman kepada Allah adalah proses pebaikan diri. Ia berfokus pada proses menjadi pribadi yang baik di mata Allah.

Kedua adalah selalu beramal saleh. Definisi amal saleh dalam tafsir Al-Wasith adalah menunaikan semua kewajiban dan ketaatan lain, melakukan amal baik, meninggalkan larangan, termasuk senantiasa mengucapkan kalimat yang baik.

Amal saleh adalah manifestasi dan pembuktian keimanan. Orang yang mengaku dirinya beriman tidak akan dinilai beriman sampai ia membuktikannya dalam amal saleh. Sampai fase ini prosesnya masih berkutat pada perbaikan diri.

Ketiga, saling menasihati dalam hal kebenaran. Semua yang benar harus disampaikan. Beriman kepada Allah, mengikuti kitab dan para rasul-Nya adalah sebuah kebenaran. Maka, nasihat itu harus disampaikan kepada sesama. Harus disebarluaskan. Harus didakwahkan.

Nilai yang ketiga ini memasuki fase menyentuh sosial. Setelah proses perbaikan diri selesai di dua fase selanjutnya, setiap insan siap mengemban amanah baru. Sebagai penasihat sesama guna menyuarakan kebenaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement