Senin 05 Nov 2018 19:09 WIB

Peradaban Islam Rintis Sistem Perhotelan

Sejarah perhotelan telah merentang jauh ke masa silam.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Suasana salah satu hotel ilustrasi
Foto: REPUBLIKA/Israr Itah
Suasana salah satu hotel ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman sekarang, keberadaan hotel atau penginapan dapat dengan mudah dijumpai baik di daerah pinggiran maupun perkotaan. Sebagai bagian dari bisnis pariwisata (hospitality industry), sejarah perhotelan telah merentang jauh ke masa silam.

Catatan Guinness World Records menyebutkan, Nisiyama Onsen Keiunkan yang berdiri sejak 705 di Perfektur Yamanashi, Jepang, sebagai hotel tertua di dunia. Hotel yang terletak di kaki Pegunungan Akaishi itu sampai saat ini masih beroperasi dengan manajemen keluarga keturunan sang pendiri, Fujiwara Mahito.

Bagaimanapun, menyambut pelancong tidak semata-mata persoalan industri. Kera mahan (hospitality) terhadap turis, baik domestik maupun mancanegara, biasanya juga mencerminkan tingginya adab negeri tuan rumah. Tolok ukurnya bisa macam-macam, termasuk adanya fasilitas penginapan umum yang dapat dinikmati secara cuma-cuma.

Dalam konteks ini, peradaban Islam boleh dianggap sebagai perintis sektor public hospitality yang pada akhirnya berkembang menjadi ceruk bisnis di era modern.

Prof Raghib as-Sirjani dalam Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia(2011)menjelaskan, kaum Muslimin telah mengenal sistem perhotelan sejak awal. Sandarannya antara lain surah an-Nur ayat 29 yang artinya, Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keper luanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nya takan dan apa yang kamu sembunyikan.

Sebagian ulama menafsirkan firman tersebut, bahwa yang dimaksud dengan rumah-rumah (buyut jamak dari bayt) adalah fasilitas yang sengaja dibangun untuk para pelancong sebagai tempat mereka menginap dan menempatkan barang- barang untuk sementara waktu.

Adapun surah az-Zariyat ayat 24-34 mengajarkan hal yang lebih umum, yakni adab memuliakan tamu. Surah Makkiyah itu mengisahkan keteladanan Nabi Ibrahim AS. Sang Kekasih Allah (Khalilullah) itu mempersilakan para tamunya masuk ke dalam rumahnya yang sederhana.

Diam-diam, dia menemui keluarganya agar mempersiapkan hidangan istimewa, daging anak sapi yang gemuk, sebagai ja muan untuk mereka. Belakangan dike tahui bahwa tamu-tamu itu adalah para malaikat yang diutus Allah SWT untuk mengabarkan kelahiran Nabi Ishaq AS dan azab yang akan menimpa kaum Sodom sebagai balasan telah mengingkari dakwah Nabi Luth AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement