Rabu 31 Oct 2018 11:00 WIB

Indonesia-Inggris Sepakat Lakukan Twinning Program

Indonesia bisa jadi contoh bagaimana ajaran Islam dan nilai demokrasi jalan seiring.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban, Syafiq Mughni.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban, Syafiq Mughni.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Syafiq A Mughni menyambut baik tawaran kerja sama Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik. Tawaran itu berupa kesepakatan untuk melakukan twinning program berupa pertukaran pelajar dan pemuda, serta kerja sama antar sekolah terkait isu ekstremisme.

Menurut Syafiq, kerja sama ini penting dilakukan agar masyarakat tidak mudah untuk saling menghakimi dan menyalahkan pihak lain. Hal itu diutarakan Syafiq usai bertemu Mozzam Malik yang mendampingi Lord Ahmad of Wimbledon pada Selasa (30/10). Lord Ahmad merupakan Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris untuk Kebebasan Beragama dan Menganut Kepercayaan sekaligus Menteri Negara Urusan Persemakmuran dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

Syafiq menyampaikan, selama ini di Indonesia sudah sering terjadi kerja sama konkret antara umat berbagai agama. Ia menyebut, dalam penanganan bencana di Indonesia kerap terjalin kerja sama antara agama-agama yang ada di Indonesia.

“Selain itu, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia sekaligus negara demokratis, Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana ajaran Islam dan nilai demokrasi bisa berjalan beriringan. Karenanya, kami selalu mempromosikan nilai-nilai Islam Wasatiyyat yang diterapkan di Indonesia untuk bisa menjadi inspirasi negara lain,” ujar Syafiq.

Sedangkan Mozzam mengatakan akan menindaklanjuti pertemuan ini dengan kerja sama bilateral yang nyata. Ia mengatakan, di Inggris ada kota dengan penduduk Muslim yang cukup besar, seperti Birmingham dengan jumlah mencapai 20 persen populasi. “Indonesia memiliki peran penting dalam tataran global untuk mengatasi ekstremisme. Kita perlu mendorong promosi Wasatiyyat Islam Indonesia,” kata Moazzam.

Selain kerja sama antarumat beragama, kedua pihak juga sepakat bahwa penting pula menguatkan peran wanita di masyarakat. Syafiq menuturkan, dalam sejarah agama-agama di dunia telah terbukti bahwa wanita memiliki peran strategis dalam membawa perubahan positif.

Pertemuan utusan khusus dua negara membicarakan hubungan antar-agama di masing-masing negara dan di tataran global. Karena itu, menurut Ahmad, sudah selayaknya umat beragama bisa saling bekerja sama tanpa melihat perbedaan yang ada.

Dia pun mencontohkan, kerja sama di bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, dan lapangan pekerjaan merupakan sektor yang dapat menjadi wahana kerja sama secara nyata.

“Kita bisa duduk bersama membicarakan kurikulum pendidikan, ketersediaan lapangan pekerjaan, atau penggalangan dana untuk kemanusiaan. Jadi, tidak melulu untuk membicarakan perbedaan tafsir agama yang dogmatis,” kata Ahmad dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Rabu (31/10.)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement