REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menteri Persemakmuran dan PBB sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Theresa May untuk Masalah Kebebasan Beragama, Lord Tariq Ahmad, mengatakan Inggris dan Indonesia dapat menjadi contoh dalam mempraktikkan toleransi antarumat beragama.
Dia mengatakan, Inggris dan Indonesia dapat membagikan pengalaman yang sama tentang hidup dalam komunitas yang berbeda budaya dan kepercayaan.
“Namun dalam perbedaan itu ada banyak hal yang bisa menyatukan kita, seperti rasa kemanusiaan, penghormatan dan pengertian," kata dia di SMA Muhammadiyah III Jakarta Selatan, Rabu (30/10).
Dalam kunjungan itu, Menteri Ahmad berdiskusi dan bergabung dalam latihan yang mempromosikan toleransi, penghormatan, dan pemahaman terhadap berbagai perbedaan dalam masyarakat yang diikuti puluhan siswa SMA Muhammadiyah III dan SMA Katolik Kanisius Jakarta.
"Saya bahagia bahwa kita telah memulai kerja sama untuk mempromosikan nilai-nilai yang dapat menyatukan kita, karena sari dari kepercayaan adalah menyatukan manusia, dan itu yang saya lihat di sini hari ini," kata dia.
Menurut Ahmad, Inggris dan Indonesia sama-sama dua komunitas yang memiliki berbagai perbedaan, baik agama, kepercayaan, budaya, dan paham politik, namun keduanya terbukti mampu menjalin kehidupan yang harmonis.
Ahmad mengatakan, di Inggris juga terdapat pemeluk Islam dan kepercayaan lainnya, di samping pemeluk Kristen yang menjadi mayoritas. Dia tak menampik semua menghadapi intoleransi dalam berbagai bentuk dan selalu ada sekelompok orang yang memanfaatkan perbedaan untuk menyebarkan kebencian dan perpecahan, namun tantangannya adalah bagaimana memastikan sikap intoleran dan kebencian tidak mempengaruhi masyarakat.
Dalam kunjungan sehari di Jakarta, Ahmad juga bertemu dan berdialog dengan tokoh-tokoh lintas agama dan kepercayaan di Gereja Katedral Jakarta Pusat, anggota Komisi III DPR dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin.
Menteri Inggris yang membawahi urusan PBB tersebut hadir di Jakarta setelah mengikuti Konferensi Laut Kita atau "Our Ocean Conference" di Nusa Dua, Bali, 29-30 Oktober 2018, yang membahas keberlangsungan ekosistem laut bagi manusia dari berbagai aspek oleh berbagai pemangku kepentingan.