REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Persyarikatan Muhammadiyah memulai pendirian Sekolah Indonesia di Rakhine, Myanmar. Fasilitas tersebut rencananya akan dimanfaatkan anak-anak komunitas pengungsi Rohingya di sana.
Koordinator Muhammadiyah Aid, Bachtiar Dwi Kurniawan menjelaskan, pembangunan Sekolah Indonesia merupakan program terkini dari keseluruhan Aksi Kemanusiaan Peduli Rohingya sejak 2017 lalu.
Dalam foto yang diterima Republika.co.id, tampak dia sedang meletakkan batu pertama dari fondasi fasilitas yang dimaksud.
Dia menjelaskan, program-program pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan Muhammadiiyah Aid sebagai komitmen Muhammadiyah pada kemanusiaan dan kepedulian terhadap saudara sesama Muslim yakni etnis Rohingya.
Sebelumnya, Muhammadiyah Aid telah terlibat dalam penanganan pengungsi Rohingya di Bangladesh dengan memberikan layanan kesehatan dan bantuan makanan kepada para pengungsi Rohingya.
Organisasi ini juga mendirikan posko kesehatan di Cox's Bazar, Bangladesh, tempat tinggalnya ratusan ribu pengungsi etnis mayoritas Muslim itu.
Pada Agustus lalu, Muhammadiyah Aid menerjunkan tim penilaian (assessment) ke negara-bagian Rakhine. Berdasarkan hasil kerja tim tersebut, dicetuskanlah program-program pemberdayaan masyarakat bagi komunitas pengungsi Rohingya di sana.
Pendirian Sekolah Indonesia merupakan salah satu wujud konsen pada bidang pendidikan. Bangunan permenen itu akan menggantikan lapak-lapak semipermanen yang sudah lama menjadi tempat anak-anak Rohingya belajar.
Bachtiar berharap, kegiatan belajar-mengajar untuk komunitas pengungsi tersebut dapat berjalan lancar dengan adanya Sekolah Indonesia.
“Targetnya tidak hanya untuk anak-anak, melainkan orang-orang dewasa dengan menyediakan pelatihan guru. Disediakan pula dukungan untuk alat-alat belajar (school kits),” kata dia alumni Pondok Pesantren Budi Mulia (PPBM) ini kepada Republika.co.id, Selasa (30/10).
Dia menjelaskan, Muhammadiyah khusus untuk misi luar negeri menggunakan payung Muhammadiyah Aid, akan membangun setidaknya dua unit sekolah di Rakhine State, khususnya di Mrauk U Township, Rakhine State, Myanmar.
Dalam bidang sosial, lanjut Bachtiar, pihaknya akan membangun sejumlah balai latihan kerja yang terbuka bagi pengungsi Rohingya di Sittwe, ibu kota Rakhine.
Sementara itu, Muhammadiyah Aid juga segera membangun Pasar Inklusi untuk memulihkan aktivitas ekonomi mereka. Adanya pasar dinilai membantu untuk menormalkan hubungan sosial antara pengungsi dan warga tempatan.
Menurut dia, langkah ini juga menjadi sarana rekonsiliasi konflik dan menghidupkan geliat ekonomi masyarakat korban konflik. Pihaknya juga berencana membangun sarana air bersih, sanitasi, WC umum, saluran drainase yang ada di kampung-kampung Rohingnya yang kini masih terlihat kurang sehat serta kumuh.