Selasa 30 Oct 2018 16:21 WIB

KBM Madrasah di Sulteng Terhambat Tenda dan Trauma

Selain seragam,sepatu dan perlengkapan juga belum siap.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Para santri di Ponpes Al Aziziyah di Dusun Kapek, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, tinggal dan belajar di tenda darurat, Senin (10/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Para santri di Ponpes Al Aziziyah di Dusun Kapek, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, tinggal dan belajar di tenda darurat, Senin (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekolah-sekolah Madrasah di Sulawesi Tengah banyak yang rusak akibat bencana gempa bumi, likuifaksi dan tsunami. Sampai saat ini kegiatan belajar dan mengajar di madrasah belum dapat berjalan maksimal karena berbagai faktor, di antaranya faktor trauma pascabencana.

"Kalau mau dipersentasekan mungkin (kegiatan belajar dan mengajar) di madrasah sekitar 60 persen, tapi kalau di IAIN baru mulai (kegiatan belajar dan mengajar) tanggal 1 November," kata Staf Ahli Menteri Agama, Oman Faturrahman kepada Republika.co.id, Selasa (30/10). 

Oman mengatakan, kegiatan belajar dan mengajar di daerah terdampak bencana belum berjalan maksimal karena beberapa faktor. Di antaranya belum tersedia tenda untuk pengganti kelas yang rusak dan kesiapan mental anak-anak belum siap karena proses pemulihan mental perlu proses.

Selain itu seragam sekolah, sepatu dan perlengkapan untuk belajar juga belum siap. Ada beberapa siswa yang belum punya perlengkapan untuk belajar. Tapi faktor trauma yang paling dominan menghambat kegiatan belajar dan mengajar di madrasah. Oleh karena itu Kementerian Agama juga memiliki program pemulihan trauma.

Terkait kebutuhan tenda, Oman mengatakan, memang tenda untuk madrasah di lokasi terdampak bencana masih kurang. "Sebab banyak lembaga dan kementerian yang juga membutuhkan tenda, sehingga pemesanan tenda untuk madrasah tidak bisa cepat," ujarnya.

Pada 5 November, dijelaskan dia, sebanyak 125 tenda sudah selesai dari pemesanan. Ada tambahan pemesanan 50 tenda. Sebelumnya beberapa tenda sudah dikirim ke Kota Palu dari Kementerian Agama. 

Ia menambahkan, tapi kebutuhan tenda untuk madrasah di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Pargi sebanyak sekitar 300 tenda. Tenda yang sudah dipesan akan dikirim dari Bandung, Jakarta dan Yogyakarta. "Semua resource yang ada kita kerahkan," ujarnya.

Sementara, kegiatan belajar dan mengajar di IAIN Palu baru bisa dimulai awal November. Sebab bangunannya rusak cukup parah. Selain itu ada sekitar 22 dosen yang rumahnya hancur akibat bencana. IAIN Palu akan melaksanakan perkuliahan di tenda dan di kelas sementara. Kementerian Agama membangun kelas sementara sebanyak 25 unit di IAIN Kota Palu. Kelas sementara terbuat dari bambu, papingblock dan terpal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement