REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Young Muslim Women Forum (IYMWF) membahas masalah peran perempuan dalam penyebaran doktrin ekstrimis. Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini menyebut IYMWF memahami tingginya potensi pengaruh keluarga dalam penanaman pemahaman.
Anggia menyayangkan posisi perempuan sebagai istri yang seolah-olah diwajibkan untuk selalu mengikuti perintah suami, yang bisa saja sudah terlebih dulu terjerumus dalam aliran kiri.
“Jika doktrin disebarkan melalui keluarga, maka akan sangat mudah tertanam dalam pikiran seluruh anggota keluarga. Makanya fatayat sedang giat-giatnya menggelar dakwah berbasis keluarga,” kata Anggia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (29/10).
Dia juga berharap, International Young Muslim Women Forum dapat terus mengkaji dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kerap menimpa perempuan. Dia juga menegaskan bahwa forum yang dibuka pada Rabu (24/10) ini bukan hanya forum yang berdasar pada teori, namun membawa permasalahan lapangan dan mengkajinya bersama para pakar dan tokoh yang jelas berperan nyata dalam memperjuangkan kehidupan perempuan.
Menurut Anggia, peran wanita sangatlah penting, bukan hanya dalam pembentukan generasi cemerlang bangsa, namun juga memciptakan dunia yang damai tanpa kekerasan dan peperangan.
“Melalui forum ini, kita mengajak tokoh-tokoh inovatif yang terbukti berperan nyatanya dalam kehidupan untuk mengkaji secara mendalam permasalahan-permasalahan perempuan,” kata Anggia.
Bukan hanya dihadiri tokoh-tokoh dari seluruh penjuru tanah air, forum ini juga mendatangkan orang-orang kreatif dari penjuru dunia, yang memiliki ide cemerlang untuk mendongkrak kehidupan perempuan. Anggia menjelaskan, dalam forum ini, terdapat tujuh pembahasan utama yang sesuai dengan permasalahan di lapangan.
Pertama, Islam rahmatan lil 'alamin sebagai upaya mendukung kesetaraan gender, HAM, dan keadilan untuk semua orang. Kedua, Islam Nusantara sebagai role model dari Indonesia yang dapat diterapkan di negara-negara lain dalam mengatasi radikalisme dan ekstrimisme beragama. Ketiga, kepemimpinan perempuan sebagai aksi afirmatif dalam segala bidang kehidupan.
Keempat, kampanye melawan pernikahan usia anak dan diskriminasi perempuan. Kelima, mendorong pemerintahan di tiap-tiap negara untuk memastikan kesetaraan dalam pelayanan kesehatan antara laki-laki dan perempuan.Keenam, pemberdayaan ekonomi perempuan. Ketujuh, mengajak perempuan dunia makin aktif di sosial media untuk kampanye Islam damai, toleran, dan moderat.