Senin 29 Oct 2018 14:14 WIB

IYMWF, Cara Fatayat NU Sadarkan Pentingnya Peran Perempuan

Indonesia dinilai sangat cocok sebagai tempat pengakajian peran perempuan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Fatayat NU menggelar acara bertajuk The International Young Moslem Women Forum (IYMWF) di Jakarta. Acara yang dibuka oleh presiden Jokowi ini dihadiri oleh ratusan peserta dari dalam dan luar negeri.
Foto: Dok Fatayat NU
Fatayat NU menggelar acara bertajuk The International Young Moslem Women Forum (IYMWF) di Jakarta. Acara yang dibuka oleh presiden Jokowi ini dihadiri oleh ratusan peserta dari dalam dan luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Fatayat NU beberapa waktu lalu menyelenggarakan International Young Muslim Women Forum (IYMWF) dalam upaya membangun peran wanita dalam perkembangan dunia yang lebih baik. Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini mengatakan, sejatinya peran wanita sangatlah penting.

"Bukan hanya dalam pembentukan generasi cemerlang bangsa, namun juga mem ciptakan dunia yang damai tanpa kekerasan dan peperangan," kata dia saat dihubungi, Senin (29/10).

Menurut Anggia, Indonesia sangat cocok sebagai tempat pengakajian peran perempuan, mengingat Indonesia merupakan negara heterogen yang mampu merefleksikan berbagai jenis kehidupan bermasyarakat. Selain itu, dia juga menyadari perempuan Indonesia mampu berkiprah dalam bidang pekerjaan manapun, yang tentunya menarik untuk dikaji.

“Melalui forum ini, kita mengajak tokoh-tokoh inovatif yang terbukti berperan nyatanya dalam kehidupan untuk mengkaji secara mendalam permasalahan-permasalahan perempuan,” kata Anggia.

Bukan hanya dihadiri tokoh-tokoh dari seluruh penjuru tanah air, forum ini juga mendatangkan orang-orang kreatif dari penjuru dunia, yang memiliki ide cemerlang untuk mendongkrak kehidupan perempuan. Anggia menjelaskan, dalam forum ini, terdapat tujuh pembahasan utama yang sesuai dengan permasalahan di lapangan.

Pertama, Islam rahmatan lil 'alamin sebagai upaya mendukung kesetaraan jender, HAM, dan keadilan untuk semua orang. Kedua, Islam Nusantara sebagai role model dari Indonesia yang dapat diterapkan di negara-negara lain dalam mengatasi radikalisme dan ekstrimisme beragama. Ketiga, kepemimpinan perempuan sebagai aksi afirmatif dalam segala bidang kehidupan.

Keempat, kampanye melawan pernikahan usia anak dan diskriminasi perempuan. Kelima, mendorong pemerintahan di tiap-tiap negara untuk memastikan kesetaraan dalam pelayanan kesehatan antara laki-laki dan perempuan.

Keenam, pemberdayaan ekonomi perempuan. Ketujuh, mengajak perempuan dunia makin aktif di sosial media untuk kampanye Islam damai, toleran, dan moderat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement