Selasa 23 Oct 2018 22:31 WIB

Geliat Dakwah Islam di Canberra

Komunitas Muslim di sana sangat aktif mengadakan berbagai kegiatan.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Australia
Foto: Australiaplus
Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Komunitas Muslim di sana sangat aktif mengadakan berbagai kegiatan. Salah satunya pameran internasional untuk mengenalkan budaya Islam di Australia. Acara ini terselenggara di Museum Nasional Australia.

Direktur museum, Dr Matthew Trinca, mengatakan, ekshibisi ini sangat membanggakan. Pameran yang dibuka untuk umum sejak April 2018 dan berakhir Juli 2018 ini menampilkan lebih dari 100 artefak ber harga dari abad ke-18 hingga abad ke-20 yang berasal lebih dari 20 negara.

Trinca mengatakan ini adalah pertama kalinya banyak benda kuno dipajang di luar lembaga mereka sendiri. Acara mereka telah meng inspi rasi para pengunjung sehingga dapat terbuka dan menerima perbedaan.

"Ini tentang bersedia untuk mendukung dan membangun dialog tentang hal-hal yang penting dalam masyarakat kita. Setengah dari apa yang perlu kita lakukan sebagai manusia adalah untuk memahami orang lain dan pengalaman orang lain," katanya.

Baca: Tradisi Komunitas Muslim di Canberra

Di antara benda kuno tersebut adalah lukisan yang menggam barkan kontak awal orang-orang Aborigin dan nelayan Muslim (Bugis) dari Indonesia. Keterkaitan dua komunitas tersebut menjadi titik permulaan penyebaran Islam di tanah kanguru.

Pameran Iman dan Budaya da lam Islam menyatukan untuk per tama kalinya di Australia menam pilkan artefak dari Museum Per adab an Islam Sharjah dan Museum Seni dan Budaya Dunia Vatican Ani ma Mundi serta artefak dari Australia.

Artefak, mewakili peradab an Islam dari seluruh dunia, termasuk hiasan upacara, alat musik, baju besi, manuskrip berharga, keramik dan perhiasan.

Di antara mereka adalah Meshla abad ke-19, atau mantel, yang diyakini telah ditenun di Aleppo atau Damaskus di Suriah, baju perang berusia 200 tahun dari wilayah Mindanao Filipina dan sebuah manus krip Alquran bergambar emas yang di ukir dan telah ditulis tangan selama Kekhalifahan Usmaniyah pada 1823.

Dua dari penyelenggara pameran adalah Pastor Nicola Mapelli, direk tur Museum Seni dan Budaya Dunia Anima Mundi, dan Manal Ataya, direktur jenderal Otoritas Museum Sharjah.

Ataya mengatakan, saat masya rakat kerap terjebak da lam kesa lahpahaman, museum yang menyim pan pening galan berbagai peradaban harus menunjukkan perannya.Benda-benda tersebut beserta penjelasan tentangnya yang penuh kearifan harus menginspirasi dan menunjukkan keterkaitan keimanan sehingga masyarakat tak terjebak pada pemikiran dan sikap eksklusif.

Sementara ini Australia menjadi tempat satu-satunya untuk pameran. Ataya berharap bisa bepergian ke negara lain, seperti Cina, dan mengungkap unsur-unsur lokal budaya Islam mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement