Jumat 19 Oct 2018 06:00 WIB

Atasi Rindu Berlebihan?

Menyibukkan diri dengan kegiatan positif adalah penawar jitu.

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Pasangan suami istri
Foto:

Derajat rindu, kata Ibnu al-Qayyim, bisa merangkak naik ke level syirik bila memosisikan kecintaan dan kerinduan kepada pasangan melebihi tunduk dan cinta kepada Allah SWT. “Kondisi yang demikian merupakan fitnah yang besar,” tuturnya, seperti dinukilkan oleh Syekh al-Hamd.

Syekh al-Hamad melanjutkan, dampak horizontal dari rasa kangen yang berlebihan dan lebih cenderung dekat pada nafsu birahi itu antara lain munculnya tindakan lalim. Tindakan menghalalkan segala cara agar kangennya terobati pun bisa saja muncul. Seorang perindu akan berbohong supaya keinginannya tercapai. Dan, muara dari perasaan yang berlebihan tersebut adalah kemaksiatan seksual.

Syekh al-Hamd mengungkapkan, beberapa faktor pemicu rindu berlebihan tersebut muncul. Tentu yang pertama ialah berpaling dari zikir atau mengingat selalu keberadaan Allah SWT. Siapa pun yang "menghadirkan-Nya" di tiap waktu, hatinya akan tertuju pada Sang Khaliq.

Sebab kedua ialah ketidaktahuan akan bahaya yang diakibatkan. Faktor yang ketiga ialah kekosongan waktu. Kurang maksimalnya penggunaan waktu untuk kegiatan-kegiatan positif disinyalir sebagai penyebab yang paling dominan.

Seorang tokoh salaf, Ibnu Aqil, pernah mengatakan, rasa kangen itu kebanyakan menghinggapi individu yang tak banyak beraktivitas dan menyibukkan diri dalam aktivitas bermanfaat. Lihat saja, mana pernah pekerja sibuk seperti pedagang sempat-sempatnya berkangen-kangen ria. “Apalagi para pegiat ilmu syariah,” tutur Ibnu Aqil.

Dan keempat, ketidaksiapan individu dalam menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi. Penggunaan jejaring sosial yang semakin masif kian memudahkan komunikasi antarlawan jenis. Ironisnya, ini justru acap kali disalahgunakan untuk tidakan tercela.

Maka tak ada cara lain, ungkap Syekh al-Hamd, selain memurnikan tauhid dan penghambaan kepada Allah SWT semata. Ketika hati, kata Ibnu Taimiyah, telah merasakan lezatnya beribadah kepada Allah dan ikhlas pada-Nya, maka tak ada apa pun yang lebih manis dan nikmat dari kondisi itu.

Lihat saja, saat Allah memalingkan semua tindak keji dari Yusuf AS, buah keikhlasan kepada Tuhannya. “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”

Dan sibukkan selalu, ujar al-Hamd, diri Anda dengan perkara-perkara positif agar terlupakan dari hiruk pikuk perasaan tersebut. Ikhtiar itu, imbuh Syekh al-Hamd, mesti diperkuat pula dengan sokongan doa. Berdoalah, agar dijauhkan dari cobaan berupa rasa kangen yang berlebih itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement