Senin 15 Oct 2018 15:56 WIB

Upaya Mengikis Pengaruh Islam di Sudan

Negara ini tak henti dilanda konflik dan pertikaian internal.

Muslim Sudan
Foto:

Konflik membuat pemerintahan tak kunjung stabil. Salah satu pertikaian paling hebat yakni yang terjadi antara pemerintah pusat yang berada di Khartoum di Sudan Utara dan kelompok-kelompok etnis di selatan.

Sudan Utara merupakan wilayah mayoritas Muslim. Sebagian penduduknya keturunan Arab. Sementara di selatan, didominasi warga etnis kulit hitam, beragam suku, yang sebagian beragama non-Muslim.

Memang, seperti halnya negara-negara di Afrika, Sudan terdiri dari beragam etnis, suku, budaya, wilayah, agama, dan kepercayaan. Tidak ada etnis yang dominan. Oleh karenanya, pemerintah berketetapan untuk mempersatukan perbedaan ini dengan penerapan syariat Islam.

Tak hanya itu, syariat Islam dipilih karena dianggap mampu menghadirkan stabilitas, tata kelola, serta pertumbuhan. Presiden Umar al-Bashir yang terpilih sejak 1989 pun berkomitmen untuk mempertahankan perundang-undangan Islam dan menentang seruan yang menginginkan Sudan menjadi negara sekuler.

Hanya saja, akibat pengaruh luar, muncul benih-benih konflik, terutama menyangkut pengelolaan sumber daya alam. Satu juta warga selatan menginginkan kontrol penuh terhadap sumber daya alam di sana, di samping juga diwarnai motif-motif berbau sektarian.

Didukung pihak asing, wilayah selatan menentang pemerintah di utara. Mereka mengobarkan pemberontakan serta meminta kemerdekaan bagi Sudan Selatan. Sejak itulah, pecah konflik berdarah dan berkepanjangan, yang sampai kini sudah berjalan 21 tahun.

Pengaruh asing tampaknya tidak bisa dikesampingkan dari akar konflik. Ada dua motif utama. Pertama, mereka ingin menikmati sumber daya alam Sudan, dan kedua, melemahkan posisi Sudan sebagai salah satu negara di Afrika yang menerapkan syariat Islam.

Negara-negara asing, termasuk Israel, waswas melihat semakin kokohnya syariat Islam di negara berpenduduk 42 juta jiwa ini. Mereka khawatir, jika Sudan bangkit, bakal bertambah negara Islam yang tak gentar terhadap dominasi asing.

Maka itulah, Sudan terus berupaya dilemahkan. Penggunaan kekuatan militer masuk dalam pertimbangan, tetapi urung dilaksanakan karena dapat membawa konsekuensi yang besar.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement