REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN --- Dalam menyampaikan pesan dalam Alquran bisa melalui berbagai macam media. Salah satunya bisa melalui kaligrafi kontemporer. Kaligrafi kontemporer menjadi salah satu cabang kaligrafi yang diperlombakan dalam Musabaqah Tilwatil Quran (MTQ) Nasional 2018.
Karya kaligrafi kontemporer ini tampak dipamerkan di dalam Gedung Serba Guna, Jalan Williem Iskandar, Medan. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Rabu (10/10) siang, banyak masyarakat yang memotret karya kaligrafi kontemporer tersebut. Karena, karya kaligrafi yang satu ini tampak berbeda dengan kaligrafi biasanya.
Kaligrafi kontemporer ini mencoba 'memberontak' dari rumus-rumus dasar kaligrafi. Puluhan kaligrafi kontemporer yang dipamerkan ini merupakan karya dari puluhan peserta MTQ Nasional untuk cabang kaligrafi. Salah satu peserta delegasi dari Provinsi Papua Barat, Uti Yusmiyati (24) mengatakan, setiap karya kaligrafi yang dibuat peserta tersebut mencoba untuk menyampaikan pesan-pesan dalam Alquran melalui sebuah lukisan.
Dalam perlombaan ini, Uti sendiri mencoba menyampaikan pesan Alquran melalui karyanya yang menampilkan lukisan figur alam. "Dalam lukisan saya ini saya taruh satu ayat dalam Surah As-Syura, dan ada kapalnya karena sesuai dengan makna ayatnya," ujar Uti saat berbincang dengan Republika.co.id di lokasi.
Dalam karya yang dibuat Uti itu, tampak tertulis Surah As-Syurah Ayat 32 yang berbunyi, Wamin Ayathil Jawari Fil Bahri Kal Ak Lami. Artinya: "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung".
"Jadi lukisannya harus nyambung dan sesuai dengan kandungan pesan-pesan ayat-ayat itu," ucapnya.
Uti mengaku sangat suka melukis dan menulis seni kaligrafi. Wanita berjilbab ini pun akhirnya memilih untuk berdakwah melalui kaligrafi kontemporer tersebut. Karena itu, dalam lukisannya kali ini dia menyampaikan pesan Alquran yang menjelasakan tentang kebesaran Allah.
Namun, sayangnya Uti tidak berhasil masuk final dalam lomba kaligrafi kontemporer tahun ini. Dia hanya bisa masuk lima besar. Kendati demikian, dia tidak kecewa. Dia justru semakin termotivasi untuk membuat karya-karya yang lebih baik tahun depan.
"Saya termotivasi untuk belajar yang lebih giat lagi. Karena lihat karya-kaya ini setiap tahunnya selalu mengalami perubahan yang pesat," kata Uti.