Kamis 11 Oct 2018 14:23 WIB

Hujan Puisi Malam Kebudayaan Pesantren di Krapyak

Nilai-nilai agama harus tetap menjadi acuan kita semua dalam hidup bersama.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Malam Kebudayaan Pesantren di Panggung Krapyak, Kabupaten Bantul,  DIY, Rabu (10/10).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Malam Kebudayaan Pesantren di Panggung Krapyak, Kabupaten Bantul, DIY, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Malam Kebudayaan Pesantren di Panggung Krapyak berlangsung sangat meriah. Gelaran yang jadi kelanjutan Muktamar Pemikiran Santri dalam rangka Hari Santri Nasional itu diisi beragam pentas seni.

Malam Kebudayaan Pesantren diselenggarakan dengan mengusung tema panggung budaya. Sebaran lampion menambah sendu malam yang sesekali dihiasi permainan lampu cantik yang dipantulkan ke Panggung Krapyak.

Shalawatan Emprak Jawi Pesantren Kali Opak menjadi penampil pertama, yang sekaligus mendampingi gelaran tersebut. Mereka tampil mengenakan pakaian khas Jawa lengkap dengan blangkon.

Setelah itu, giliran tokoh-tokoh nasional yang didapuk menampilkan kebolehan mereka membaca puisi. Tugas dadakan praktis membuat sebagian besar tokoh-tokoh yang hadir membacakan puisi yang baru dibuat beberapa jam sebelumnya. 

Kegugupan yang diakui tokoh-tokoh saat tampil membacakan puisi jadi hiburan tersendiri bagi penonton yang hadir. Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, tidak ketinggalan mendapat tugas tersebut.

Putri KH Abdurrahman Wahid, Inaya Wahid, turut membagikan cerita saat Sang Ayahandanya duduk di bangku pesantren. Cerita jenaka itu sukses memancing gelak tawa santri-santri yang datang.

Bergantian tokoh-tokoh unjuk kebolehan membacakan puisi di depan penonton yang sebagian besar santri-santri Ponpes Al Munawwir Krapyak. Ada Kanjeng Pendekap dari Gus Hilmy, Kiaiku dari Inaya Wahid dan Santri Berkopyah Hitam dari Rommy.

Puisi Karena Cinta yang Membara dari Habiburrahman El Shirazy jadi yang paling menghipnotis penonton. Bercerita sosok pendiri Ponpes Al Munawwir, magis Kang Abik sukses mengajak penonton menerawang perjuangan Kiai Munawwir.

"KH Abdullah Rosyad ayahnya, KH Hasan Bashari kakeknya, kesatria kepercayaan Pangeran Diponegoro, karena cinta yang membara kisah pesantren ini bermula, Munawwir kecil dikirim mengembara ke Bangkalan Madura," tutur Kang Abik, Rabu (10/10).

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Malam Kebudayaan Pesantren memang dilakukan bersama santri-santri di sejumlah pondok pesantren. Ini jadi lanjutan Muktamar Pemikiran Santri Nusantara yang telah dibuka sebelumnya.

Malam Kebudayaan Pesantren menampilkan kebolehan-kebolehan mulai pembacaan puisi, permainan musik, stand up comedy dan lain-lain. Intinya, memberikan penekunan kalau santri kini memiliki tanggung jawab lebih.

"Bagaimana agar menjaga dan memelihara keindonesiaan kita yang tetap memegangi nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan bersama hari ini dan ke depan," ujar Lukman.

Pemilihan lokasi Malam Kebudayaan Pesantren di Ponpes Krapyak sendiri karena bertepatan dengan dilaksanakannya Muktamar Pemikiran Santri. Karenanya, banyak narasumber memang sengaja dihadirkan.

Terlebih, lanjut Lukman, Krapyak memang memiliki sejarah panjang sebagai sebuah pondok pesantren yang telah banyak melahirkan alumni. Mereka telah begitu banyak memberi kontribusi dan kemaslahatan di tengah-tengah masyarakat.

Lukman menambahkan, gelaran ini menjadi rangkaian peringatan Hari Santri yang puncaknya akan digelar pada 21 Oktober 2018 di Bandung. Peringatan itu sendiri rencananya akan dihadiri Presiden Joko Widodo.

Dia menegaskan, penetapan Hari Santri jadi pengakuan tidak terbantahkan negara. Baik terhadap keberadaan pondok pesantren yang telah memberikan kontribusi dalam merebut kemerdekaan, maupun menjaga dan mengisi kemerdekaan.

"Sekaligus, harus dimaknai kaum santri itu sendiri sebagai bentuk tanggung jawab yang lebih besar kalau keberlangsungan bangsa Indonesia ini harus tetap memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama," kata Lukman.

Menurut Lukman, nilai-nilai agama harus tetap menjadi acuan kita semua dalam hidup bersama di tengah keberagaman dan globalisasi. Jadi, santri harus miliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap nasib bangsa.

Malam Kebudayaan Pesantren turut dimeriahkan penampilan seniman Candra Malik, penyanyi Veve Zulfikar dan komika Dzawin. Sejumlah angkringan turut dihadirkan dan dapat dinikmati gratis demi menguatkan nuansa Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement