REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Penuh Cahaya. Itulah julukan al-Madinah al-Munawwarah. Keindahan namanya sesuai dengan realitasnya.
Pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafa ar-Rasyidin, kota ini merupakan pusat dakwah untuk menyebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia, dan pusat pengajaran ilmu pengetahuan dan pemerintahan.
Kebesaran Madinah juga ditandai dengan nama-nama indah yang melekat padanya. Antara lain Madinah an-Nabi (Kota Nabi), Madinah ar-Rasul (Kota Rasul), Taba atau Tayyibah yang berarti baik, Qaryah al-Anshar (perkampungan kaum penolong), al-'Ashimah (Ibukota), al-Mubarakah (yang penuh berkah), al-Mukhtarah (yang terpilih).
Julukan lainnya adalah Bayit Rasulullah (Rumah utusan Allah), Sayyidah al-Buldan (tuan dari segala negeri), Dar al-Iman (kawasan keimanan), Dar as-Sunnah (kawasan tradisi Nabi), Dar as-Salam (kawasan damai), Dar al-Haram (kawasan suci), dan lain-lain.
Secara keseluruhan, kurang lebih ada 94 nama indah bagi kota suci kedua umat Islam itu. Akan tetapi yang paling terkenal adalah al-Madinah al-Munawwarah.
Keindahan Madinah juga ditunjang dengan kondisi alam. Barisan bukit mengelilingi seluruh kota dan berbentuk layaknya piring terbuka. Gemerlap lampu-lampu kota terlihat sangat indah ketika penduduk atau peziarah memasuki kota pada malam hari dari dataran tinggi.
Secara geografis, Kota Madinah terletak antara 39-40 derajat garis Bujur Timur dan 24-25 garis Lintang Utara. Letaknya di dataran tinggi Nejd dan daerah pantai Tihamah, setinggi 660 meter di atas permukaan air laut. Jaraknya dari kota Makkah sekitar 450 KM, dari Riyadh kira-kira 1000 KM, dan dari Laut Merah kurang lebih 275 KM.
Tanah di kota Madinah terkenal subur karena sejak zaman dahulu merupakan oase besar yang ada di tengah-tengah gurun pasir. Di sebelah selatan, kota ini berbatasan dengan Bukit Air; di sebelah utara dengan Bukit Uhud dan Tsur; dan di sebelah timur dan barat dengan gurun pasir Harah. Bila turun hujan, lembah itu menjadi tempat pertemuan aliran-aliran air yang berasal dari selatan dan timur.
Tak mengherankan jika Madinah menghasilkan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah besar, seperti kurma, jeruk, pisang, delima, persik, anggur, dan ara. Sebagian besar penduduknya pada zaman dahulu hidup dengan bercocok tanam, dan sebagian yang lain berdagang dan beternak.