REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah negeri yang mengajarkan pendidikan agama sangatlah minim. Anak-anak Muslim di sana banyak yang dikirim ke lembaga pendidikan informal, seperti madrasah Alquran.
Pendidikan agama seperti ini belum disetarakan dengan pendidikan formal, seperti SD, SMP, dan SMA. Umumnya, sekolah Alquran dibagi menjadi tiga tingkat. Pertama Alquran tahap pertama ditujukan untuk anak yang sudah mulai berbicara mulai usia tiga tahun. Mereka biasanya belajar di sekolah Alquran dengan materi dasar dari Alquran.
Sekolah Alquran tingkat dua biasanya ditujukan bagi anak-anak yang telah menghafal sebagian besar Alquran. Mereka di tingkat kedua ini diajarkan ilmu agama Islam seperti bahasa Arab.
Sekolah Alquran tingkat tiga diikuti murid yang mendapatkan pengajaran intelektual terkemuka. Guru agama yang mengajar biasanya merupakan pengajar di universitas Islam bergengsi di Afrika Utara dan negara Muslim lainnya.
Sekolah Alquran tingkat pertama dan kedua dalam bahasa Prancis sering disebut Ecoles Coraniques dan Daara dalam bahasa Senegal. Di sekolah dua tingkat ini, ajaran dasar dimulai dengan mempelajari Alquran tanpa perlu memahami kandungannya.Meskipun mereka diajarkan membaca dan menulis Alquran mereka jarang menguasai bahasa arab.
Tujuan sekolah ini adalah untuk mempersiapkan anak-anak menjadi Muslim yang baik: berakhlak mulia dan berkomunikasi dengan santun. Nilai-nilai utama yang diajarkan adalah ketaatan, rasa hormat, dan kepatuhan.
Penghormatan harus diberikan kepada orang lain, terutama orang tua dan ulama.Tradisi ini merupakan bentuk pengakuan keberadaan orang lain yang harus dirangkul dalam kebersamaan menjalani hidup. Ini merupakan wujud tabiat manusia sebagai makhluk sosial.
Rendah diri atau tawadhu juga menjadi tradisi penghormatan yang diajarkan di sekolah. Sikap ini menjauhkan seseorang dari takabur, dan membuat diri selalu belajar dan menerima ibrah berharga dari alam.
Dalam pendidikan ini mereka mengenal pengelolaan dan keseimbangan badan, salah satunya dengan berpuasa. Perlakuan ini dibutuhkan agar mereka tetap rendah hati dan memiliki solidaritas, ikut merasakan penderitaan orang lain yang kekurangan makanan.
Anak-anak yang belajar jauh dari orang tua diajarkan bagaimana bertahan hidup dengan kesederhanaan.Mereka tidak dibebani dengan biaya sekolah. Masyarakat sekitar banyak menolong mereka dengan bersedekah makanan. Terkadang anak- anak berkeliling meminta sedekah di jalan- jalan, tertutama di pusat kota Dakar.
Sebuah survei pernah menyebutkan anak-anak yang mengikuti sekolah Alquran berjumlah satu persen dari anak laki-laki yang berusia 15 tahun. Kelak di masa depan mereka akan menjadi ustaz dan pendakwah Islam di masyarakat. Pemahaman Alquran yang mereka miliki akan menjadi bekal berdakwah.