REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Ekstremisme, Radikalisme dan Terorisme (BPERT) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar seminar nasional bertema Penanggulangan Bahaya Radikalisme dan Ekstremisme di Indonesia di Hotel JS Luwansa pada Rabu (3/10). Ketua BPERT MUI Zainut Tauhid Sa'adi dalam pidatonya memaparkan tentang watak Islam yang sesungguhnya.
"Perilaku radikal, intoleran atau ekstrem bertentangan dengan nilai Islam. Watak Islam yang sesungguhnya baik seperti din ar-rahmah was salamah, yaitu Islam sebagai agama yang menekankan kasih dan perdamaian," kata Zainut saat pidato pembukaan seminar nasional yang digelar BPERT MUI, Rabu (3/10).
Zainut yang juga Wakil Ketua Umum MUI mengatakan, Islam juga sebagai agama keadilan (dinul ‘adalah). Dinyatakan dalam Alquran, umat Islam sebagai ummatan wasathan, yaitu sebagai umat pertengahan yang menjadi kelompok penengah.
Ia menjelaskan, Islam juga sebagai agama yang penuh rahmat. Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa menunjukkan perbuatan baik, damai dan memberikan rasa aman pada orang lain serta pada seluruh alam. Hal ini tegas tertuang dalam Alquran Surah Al-Anbiya ayat 107.
Seorang jamaah tengah berdoa usai berbuka puasa di Islamic Cultural Center, Manhattan, New York.
"Watak Islam sebagai agama yang penuh rahmat, yaitu tuntunan agar umat Islam membawakan berita gembira pada kebenaran dan kebaikan," ujarnya.
Zainut menambahkan, umat Islam juga berperan sebagai pemberi peringatan agar manusia senantiasa menjalankan yang haq (benar) dan menjauhi yang salah (bathil). Kemudian di akhir ayat, Allah SWT menegaskan kebanyakan manusia tidak mengetahui dalam membawa amanah untuk menebarkan sikap rahmat bagi seluruh alam.
MUI menyadari tantangan masa depan bangsa akan semakin kompleks. Khususnya dalam menangani dan menanggulangi perilaku intoleran, ekstrim dan radikal yang berkembang di masyarakat. MUI melakukan penguatan pada aspek substansial dan organisasional dengan mendirikan BPERT.