REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung mematenkan 400 hasil riset civitas akademinya melalui kementerian hukum dan hak asasi manusia (Kemenkumham). Hal tersebut dimaksudkan untuk melindungi hasil penelitian mereka dari peniruan dan meningkatkan apresiasi kepada periset.
“Tahun ini ada 400 riset yang kita ajukan mendapat hak paten dari Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kemenkumham. Tahun depan kita tingkatkan lagi menjadi 500,” kata Rektor UIN SGD Bandung Prof Dr Mahmud kepada Republika.co.id pada Kamis (27/9).
Prestasi tersebut memotivasi pegiat riset dari kalangan dosen dan mahasiswa baik di kampusnya mau pun perguruan tinggi lain seluruh Indonesia. Di kalangan internal UIN SGD, kalangan akademisi semakin terdorong untuk mencari persoalan atau pun materi untuk menjadi bahan riset. Rujukannya adalah fenomena kemasyarakatan yang dinamis dan karya intelektual.
Semua itu dipadukan menjadi analisis yang dipublikasikan sehingga menjadi konsumsi khalayak. Masyarakat kemudian memanfaatkan hasilnya untuk kemaslahatan hidup. “Ini merupakan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, terutama poin kedua: penelitian,” kata Mahmud.
Rektor menjelaskan kerja kerasnya membuat pihaknya aktif menyiarkan manfaat hak paten riset. Dia sering mengutus sejumlah dosen, seperti Ketua Pusat Penelitian dan Penerbitan Dr Wahyudin Darmalaksana untuk menghadiri undangan seminar hak paten penelitian di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya Ternate (Maluku Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Surabaya (Jawa Timur), dan Medan (Sumatra Utara).
Insya Allah, kata Prof Dr Mahmud, kegiatan tersebut menjadi jalan untuk melahirkan ulama zaman now yang berdakwah memanfaatkan teknologi dan informasi. Materi dakwahnya merujuk kepada kerja intelektual yang berkualitas seperti riset. Implikasinya akan dengan cepat dirasakan masyarakat melalui berbagai media.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Kementerian Agama Prof Dr Arskal Salim mengapresiasi karya dan terobosan UIN SGD Bandung tadi. “Kami selalu memantau UIN di seluruh Indonesia. Apa yang dilakukan UIN SGD telah memotivasi banyak perguruan tinggi untuk lebih berinovasi dalam hal penelitian. Ini membuat sejumlah perguruan tinggi belajar kepada UIN SGD,” katanya dalam pemaparan di hadapan dosen setelah kuliah.
Menurutnya, perguruan tinggi Islam akan terus berkembang seiring meningkatkany jumlah mahasiswa yang mendaftar setiap tahun. Jumlahnya sekitar 800 ribu orang. Hal tersebut membuat perguruan tinggi Islam harus berbenah: menambah infrastruktur dan meningkatkan jumlah serta kualitas tenaga pengajar.
Infrastruktur dilakukan dengan membangun sarana dan prasarana. Sedangkan peningkatan sumber daya manusia ditempuh dengan meningkatkan kualitas pendidikan para dosen dengan menempuh pascasarjana dan mengikuti berbagai pelatihan dan kuliah. Lainnya adalah riset berskala nasional dan internasional. “Perguruan tinggi Islam sangat konsen terhadap dua hal tadi,” katanya.
Riset yang dihasilkan akan menjadi rujukan otoritatif, sehingga mendapat apresiasi banyak kalangan, baik dalam maupun luar negeri. “Insya Allah, kegiatan ini akan mendorong berbagai pihak, terutama UIN Bandung untuk meningkatkan prestasinya,” kata Arskal.