REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India telah menuntaskan sekitar 170 juta orang keluar dari kemiskinan sejak 1990. Namun sebuah penelitian baru mengungkapkan mobilitas pertumbuhan tidak jauh berbeda sejak 1950-an.
Dilansir di Quartz India pada Senin (24/9), data itu menunjukkan seorang laki-laki yang lahir dari keluarga dengan kehidupan sosial ekonomi rendah tidak mengalami pertumbuhan sosial. Data itu dipaparkan peneliti Sam Asher (ekonom dari Kelompok Peneliti Pengambangan Bank Dunia), Paul Novosad (asisten profesor ekonomi di Universitas Dartmouth), dan Charlie Rafkin (Biro Riset Ekonomi Nasional). Data itu terlepas dari kenyataan ekonomi India melonjak selama periode penelitian yang didasarkan pada data 2012.
Para peneliti mengatakan data penelitian itu mengimbangi paparan kenaikan substansial dalam mobilitas kasta, antara kasta terpinggirkan (SC) dan kasta terdata (ST). Kedua kasta itu memiliki akses pada kuota cadangan di lembaga pendidikan dan pekerjaan.
Sayangnya, mobilitas kenaikan tidak berlaku pada Muslim di negara tersebut. Muslim menjadi kelompok paling kecil yang memiliki mobilitas kenaikan sosial ekonomi di India.
Penelitian mendasarkan pendidikan untuk mempelajari mobilitas antargenerasi pada 31 juta pria yang lahir antara 1950-an hingga 1980-an. Mereka mendasarkan studi pada data dari Survei Pembangunan Manusia India dan Sensus Sosial Ekonomi dan Kasta 2012. Namun, karena keterbatasan data, studi tidak dilakukan pada perempuan.
Dalam mempelajari pencapaian pendidikan anak laki-laki dibandingkan ayahnya, tim peneliti menemukan, mobilitas naik tinggi pada kasta kelas atas. Kategori dalam studi mencakup kepercayaan dan agama. Kristen, Sikh, Jain, Budha, dan Hindu sebagai kasta yang lebih tinggi. Data menunjukkan kenaikan tidak berlaku bagi Muslim yang menjadi minoritas di negara itu. Muslim hanya menyumbang 14 persen dari 1,3 miliar jumlah penduduk India.
Saat ini, peringkat pendidikan seorang anak Muslim lebih rendah daripada orang tuanya, yakni dari kisaran 31-34 menjadi 29. Mobilitas naik untuk Muslim jauh lebih buruk dari kasta lainnya, yakni SC (37,4 hingga 37,8) dan ST (32,5 hingga 32,7).
“Kelompok kasta yang lebih tinggi mengalami mobilitas ke atas yang konstan dan tinggi dari waktu ke waktu. Hasil itu bertentangan dengan gagasan populer semakin sulit bagi umat Hindu untuk maju,” tulis tim peneliti.
Komunitas Muslim India sudah lama menghadapi diskriminasi dengan standar hidup relatif lebih rendah. Penelitian menunjukkan, komunitas Muslim memiliki tingkat pendaftaran terendah dalam pendidikan tinggi di India, yakni 4,4 persen dari total mahasiswa masuk.
Selain itu, Muslim juga menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi, yakni 25 persen atau sebanyak 370 ribu pengemis India adalah Muslim.
Sebenarnya, sudah ada beberapa kebijakan untuk melindungi Muslim. Namun, belum ada mobilisasi politik yang efektif untuk kepentingan Muslim. Kelompok itu sering menjadi target diskriminasi, bahkan kekerasan.
Sebaliknya, kelompok terpinggirkan yang dilindungi secara konstitusional, yaitu SC dan ST memiliki kesejahteraan di negara itu, masing-masing 50 persen dan 30 persen. Mereka juga menghadapi diskriminasi dan kebijakan reservasi daripada kasta kelas atas. Kondisi itu memicu protes di banyak negara bagian selama bertahun-tahun. Kendati demikian, hasil penelitian itu juga menunjukkan upaya memberdayakan masyarakat di negara tersebut secara perlahan mulai menunjukkan perbedaan hasil.
Baca juga: Gaya Dakwah Zakir Naik Dinilai tidak Cocok di Malaysia