Jumat 21 Sep 2018 15:00 WIB

Jernihnya Hati Menjadi Lentera

Banyak cara dilakukan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT

Alam semesta
Foto:

Suatu saat, Bisyr mendapat tamu dari Suriah. Mereka bermaksud mengajaknya menunaikan ibadah haji ke Makkah. Namun, ajakan itu tidak serta merta dipenuhinya. Kepada tamunya itu Bisyr mengajukan syarat.

Pertama, mereka tidak dibolehkan membawa bekal apa pun. Kedua, mereka tidak boleh meminta belas kasihan orang lain dalam perjalanan. Ketiga, jika ada orang yang melihat karena iba dan kasihan kepada mereka, mereka tidak diizinkan menerima pemberian itu.

“Pergi tanpa perbekalan dan tidak boleh meminta-minta dapat kami terima, tapi apabila orang lain memberikan sesuatu mengapa tidak boleh menerimanya?” tanya salah seorang dalam rombongan itu.

Mendengar kekhawatiran tersebut, Bisyr pun menjawab, “Sebenarnya diri kalian tidak memasrahkan diri kepada Allah, tapi kepada perbekalan yang kalian bawa.”

Para sahabat dan koleganya mengakui keilmuan dan kedudukannya sebagai seorang alim dan wali. Meski dikenal sebagai sufi, ia tetap mempertahankan tradisi dan syariat dengan memperdalam hadis. Tak heran bila Ahmad bin Hanbal, pencetus Mazhab Hanbali, mengagumi tokoh yang wafat pada 227 H itu.

Ia meninggalkan segala kesenangan di dunia, lalu belajar hadis di Baghdad. Ia meninggal pada 227 H. Karena kesalehannya, Imam Ahmad bin Hambal, pendiri mazhab Hambali, pun ikut menghormati dan mengaguminya.

Haji dan 200 Dirham

Meski dikenal sebagai seorang sufi dan ahli agama, ia tak antisosial. Ini setidaknya tampak dari nasihat yang diberikan kepada seorang tamu yang menghadap kepadanya. Tamu tersebut mempunyai uang sebanyak 200 dirham dari sumber halal untuk menunaikan ibadah haji.

Bukannya memberikan dorongan dan semangat, justru Bisyr berpendapat lain. Ia lebih mendorong untuk mengamalkan fikih sosial. “Apakah engkau hendak bersenang-senang? Jika engkau benar-benar bermaksud membuat Allah suka, lunasilah utang seseorang atau berikan uang itu kepada anak yatim, atau kepada orang yang butuh pertolongan. Kelapangan yang diberikan kepada jiwa seorang Muslim lebih disukai Allah daripada seribu kali menunaikan ibadah haji.”

Mendengar nasihat itu, laki-laki itu menjawab, “Walau demikian, aku lebih suka jika uang ini kupergunakan untuk menunaikan ibadah haji.”

“Itulah bukti, engkau telah memperolehnya dengan cara tidak halal, maka engkau tidak akan merasa senang sebelum menghabiskannya dengan cara-cara yang tidak benar,” kata Bisyr.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement