REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang hidupnya, Al-Zahrawi terus berinovasi guna menemukan prosedur bedah. Prosedur bedah baru yang ia perkenalkan di abad pertengahan mencakup penggunaan benang yang terbuat dari usus domba untuk menjahit luka dalam.
Prosedur ini, mulai yang termudah hingga yang rumit masih digunakan sampai sekarang. Benang jahit dari usus domba adalah zat alami yang bisa menghilang dan diterima tubuh manusia.
Meski Zahrawi adalah orang pertama yang menggunakan benang dari usus domba dalam operasi, adalah al-Razi yang pertama menggunakannya untuk menjahit luka. Al-Zahrawi juga menggunakan senar alat musik untuk tujuan bedah.
Mengatasi setiap kasus bedah dengan kecerdasannya adalah keahlian pria kelahiran Cordoba itu. Ia, misalnya, menggunakan tulang untuk mengganti gigi yang lepas, menyambung gigi yang sehat dengan gigi baru dengan senar dari emas atau perak, memperkenalkan operasi memperbaiki bentuk payudara yang turun, menjadi orang pertama yang memakai kapas untuk menghentikan pendarahan dan melakukan operasi membuka saluran udara (trakea).
Operasi ringan, seperti menghilangkan polip hidung hingga mengeluarkan bayi yang meninggal dalam rahim dengan menggunakan gunting tang buatannya, mampu ia lakukan. Al-Zahrawi juga memberi tahu bagaimana caranya memperbaiki tulang bahu yang bergeser.
Al-Zahrawi, seperti lazimnya semua ahli bedah Muslim, mengedepankan pendekatan manusiawi dan masuk akal dalam melakukan operasi berisiko dan yang menyakitkan. Para ahli bedah Muslim menyadari sepenuhnya apa yang mereka lakukan sangat tidak nyaman bagi pasiennya. Perlakuan ini juga menjadi salah satu terobosan dalam hubungan antara dokter dan pasiennya.
Ia menganggap pasiennya sebagai 'anaknya'. Ia menekankan pentingnya memperlakukan pasien tanpa melihat status sosialnya. Ia mendorong dilakukannya observasi mendalam atas kondisi pasien agar diagnosis yang dihasilkan akurat dan pasien mendapat perawatan tepat.
Ia melatih ibu rumah tangga bagaimana caranya membantu kelahiran yang tidak biasa dan apa yang harus dilakukan seusai melahirkan. Ia juga menciptakan dan memperkenalkan alat untuk melebarkan vagina. Ibnu al-Quff yang merupakan dokter asal Suriah pada abad ke-13 menyatakan sulitnya melakukan prosedur operasi pada perempuan.
"Karena ia bisa saja masih gadis, malu, dan kami tidak bisa memasukkan alat bedah ke dalam vaginanya untuk menghancurkan batu saluran kencing, misalnya. Atau, bila ia sedang hamil, operasi bisa sangat berbahaya," kata al-Quff.