REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jangan bayangkan dunia fashion Barat sedinamis saat ini pada Abad Pertengahan. Atau sebaliknya, jangan anggap fashion Muslim hanya tentang abaya warna hitam tanpa ornamen, sorban, dan cadar.
Saat Eropa berada di Abad Kegelapan, Cordoba dan Baghdad justru menjadi pusat kemajuan peradaban, termasuk dalam dunia mode. Adalah cendekiawan Muslim multitalenta bernama Ziryab yang membalikkan keadaan dan memperkenalkan beberapa kebiasaan yang di kemudian hari mengubah Eropa untuk selamanya.
Bakat jeniusnya membuatnya menjadi salah satu orang paling berpengaruh sepanjang masa. Ziryab yang bernama asli Abu al- Hassan 'Abu Ibn Nafi' lahir pada tahun 789 di Irak saat ini.
Tak jelas asal-usul darahnya; ada yang menyebut dia keturunan budak Afrika yang dipekerjakan keluarga Arab atau keturunan dari penduduk Afrika pertama di Mesopotamia.
Menurut data dari Universitas California di Santa Barbara, deskripsi tertua yang didokumentasikan tentang Ziryab adalah penutur berbahasa Persia-Spanyol bernama Isa al-Razi, putra sejarawan Ahmad al-Razi yang lahir 30 tahun setelah kematian Ziryab.
Ahmad al-Razi tinggal di Cordoba, kota tempat Ziryab kemudian bermukim hingga akhir hayatnya. Dia menemui beberapa kolega Sang Burung Hitam, nama samaran Ziryab, yang masih hidup untuk menulis sejarahnya.
Isa al-Razi menggambarkan Ziryab sebagai budak kulit hitam; deskripsi yang lalu diambil pada abad ke-11 oleh Ibn Hayyan dan pada abad ke-17 oleh Al- Maqqari.
Akhirnya, buku referensi sejarah, Sejarah Umum Afrikayang ditulis oleh Unesco, dalam jilid ketiga dan di halaman 297, menggambarkan Ziryab sebagai seorang pria kulit hitam.
Ziryab adalah murid atau budak dari musisi kenamaan Ibrahim al-Mawsili di Baghdad.Pada perkembangannya, ia menjadi lebih berbakat daripada gurunya, dan atas permintaan Khalifah Harun al- Rashid yang ingin mendengar sesuatu yang baru, Mawsili memperkenalkannya kepada penguasa.
Ziryab dengan kecapi dalam pelukannya, bernyanyi dengan sangat merdu sehingga al-Rashid terpesona. Rasa tersaingi kemudian membuat Mawsili memintanya meninggalkan negara itu.
Burung Hitam itu pergi ke pengasingan bersama keluarganya, semua dibiayai oleh Mawsili. Dia menetap di Kairouan, sekarang Tunisia, di mana dia mengasah lagi bakat musiknya, dan segera menjadi terkenal.