Rabu 19 Sep 2018 15:15 WIB

Islam di Swedia: Relasi Historis Ottoman

Kontak antara Swedia dan Ottoman terus menerus terjalin sepanjang abad ke-18.

Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam bukan hal baru bagi negara monarki ini. Selama paruh kedua abad ke-17 dan awal abad ke-18, konstelasi politik Swedia membuat mereka harus menjalin hubungan dengan Islam.

Jonas Otterbeck dalam "The Depiction of Islam in Sweden", The Muslim World 2002, menuturkan, pesaing politik terkuat Swedia waktu itu datang dari Rusia. Satu-satunya kekuatan besar yang dianggap bisa diajak berkoalisi adalah kekhalifahan Turki Utsmani.

Maka, pada 1657, atas perintah Raja Karl X Gustav, berangkatlah seorang duta besar Swedia ke Istanbul guna mendapatkan dukungan penguasa Ottoman.

Hubungan keduanya semakin intim ketika Swedia meminta suaka dari Ottoman. Pada 1709, tentara Swedia mengalami kekalahan telak dalam pertempuran di Poltava.

Selama lima tahun, Raja Karl XII menghabiskan waktu di bawah perlindungan Ottoman sebelum kembali ke Swedia. Sebagai balas budi, Muslim dan Yahudi yang datang ke Swedia dari Kekaisaran Ottoman sejak 1718 mendapat jaminan bebas mempraktikkan agama mereka.

Kontak antara Swedia dan Ottoman terus menerus terjalin sepanjang abad ke-18. Di antara kaum elite Swedia, ada orang-orang yang mengagumi peradaban Ottoman. Studi Turki dan Persia didorong oleh kerajaan.

Kedutaan Swedia didirikan di Istanbul yang konon masih ada di samping Mevlevihanesi di Istaklal Caddesi. Swedia adalah kerajaan yang membutuhkan dukungan dari Ottoman. Relasi ini sangat memengaruhi pandangan rakyat Swedia terhadap Muslim

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement