Senin 17 Sep 2018 13:57 WIB

Gapai Keutamaan Berkorban

Allah SWT tak pernah mengingkari janji hamba yang bersungguh-sungguh.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT tak pernah mengingkari janji hamba yang bersungguh-sungguh. Lantas apa balasan bagi orang-orang rela berkorban?

Inilah akhir kisah lelaki yang pernah menjadi musuh Allah, Ikrimah RA. Ayahnya, Abu Jahal, adalah penentang dakwah Muhammad SAW. Pun Ikrimah yang menghunus pedang memerangi kaum Muslimin di medan Badar dan Uhud.

Saat kaum Muslimin bergerak menaklukkan Makkah, Ikrimah masih setia kepada agama nenek moyangnya. Ia bahkan berani memimpin pasukan kecil Quraisy melawan ribuan kaum Muslimin. Ia menjadi buronan umat Islam, sebelum akhirnya cahaya hidayah merasuk ke dalam relung jiwanya.

Medan Yarmuk adalah penunaian  janji lelaki yang selalu terbayang gunungan dosa di masa lalu. "Biarkan aku," tutur Ikrimah, "menebus  dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah di beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam, aku lari dari tentara Romawi ini? Tidak, sesekali tidak!"

Maka, ia menerjang musuh Allah dengan semangat tinggi. Hingga Allah memenangkan kaum Muslimin. Namun, kisah ini baru dimulai. Tubuh Ikrimah terkulai penuh sayatan pedang. Di sampingnya dua sahabat Nabi, Al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah, juga mengalami hal serupa.

Sakit yang mendera membuat Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits.

Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada  Ayyasy!" ujarnya.

Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Al-Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal.   

Ketiganya telah mengamalkan pengorbanan dengan sempurna. Pengorbanan hingga ujung ajal. Ketiganya telah berangkat berjihad meski ada kaum munafik duduk-duduk saja di rumah. Mereka bertiga juga menerjang pasukan musuh melebihi semangat pasukan yang lain. Sampai takdir mempertemukan mereka dalam akhir yang indah.

Pengorbanan jelas bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Siapakah yang rela memberikan dengan cuma-cuma apa yang kita miliki untuk orang lain? Toh kita mendapatkan apa yang kita miliki dengan keringat sendiri. Bahkan, hingga kerja yang sangat payah. Lantas ada orang lain yang sangat membutuhkan dan kita mengetahuinya. Ujian pengorbanan pun kerap datang diiringi tamu yang bernama penyakit hati.

Kadang ia datang bersama sifat kikir. Jika kikir menang, kita akan mengabaikan sebentuk amal yang bisa jadi berat timbangan pahalanya itu. Kadang ia datang bersama riya. Kita memberikan, berharap sanjungan pujian disematkan. Tak jarang ia datang bersama ketidakikhlasan. Terombang-ambing kita memberikan bantuan, namun berharap ada balasan instan dari pemberian kita.

Pengorbanan mensyaratkan pemberian tanpa syarat. Meski nyawa benar-benar menjadi hal yang terakhir dikorbankan. Pengorbanan hanya akan kuat jika keyakinan akan janji Allah benar-benar mantap. Kita sebetul-betul yakin Allah akan membalas apa yang kita kerjakan.

Meski balasan itu tak kasat mata atau tak kita lihat di dunia. Keyakinan penuh inilah yang  menggerakkan manusia yang terlihat tidak mungkin melakukan, menjadi dengan sangat mudah menunaikan. Lewat Ikrimahlah kita belajar. Pengorbanan yang begitu indah bisa ia hadirkan karena iman telah memenuhi ruang hatinya. Meski, masa lalu nan kelam kerap menghantui.

Lantas apa balasan bagi orang-orang rela berkorban? Mari kita belajar dari bapak para nabi, Ibrahim AS. Kisah pengorbanannya mungkin tak tertandingi. Ia harus berkorban berpisah dengan keluarganya karena perbedaan keyakinan. Ia rela berkorban dimasukkan ke dalam api menyala karena keimanannya. Ia dan Ismail AS rela dengan kerelaan tertinggi saat perintah menyembelih sang anak akan ia kerjakan.

Pengorbanan nan besar itu Allah ganjar lewat nikmatnya, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya  dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.' Ibrahim berkata, '(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.' Allah berfirman, 'Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.'" (QS al-Baqarah [2]: 124).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement