REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim di seluruh dunia baru saja merayakan tahun baru 1440 hijriyah pada hari Selasa (11/9), sekaligus memperingati hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah dalam rangka mengindari penindasan dan membangun peradaban baru yang damai, tenteram, dan adil.
Karena itulah, peringatan tahun baru 1 Muharram harus jadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk meninggalkan hal-hal buruk ditengah era kemajuan informasi teknologi seperti adu domba, hoaks, dan ujaran kebencian, menuju terciptanya kedamaian, kerukunan, kemajuan, dan keutuhan NKRI.
“Tahun baru hijriah jangan hanya sekadar seremoni tapi harus jadi momentum hijrah dari nilai-nilai atau perilaku jahiliyah ke makna hijrah sebenarnya yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu menciptakan kedamaian, kerukunan, kehidupan yang lebih baik, dan meninggalkan perilaku merusak seperti mengirim hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah di media sosial," kata cendekiawan Muslim Indonesia, Prof Dr Azyumardi Azra di Jakarta, Rabu (12/9).
Ia mengatakan, hal itu penting karena akhir-akhir ini medsos penuh dengan hoaks, ujaran kebencian, provokasi, insinuasi (sindiran), dan propaganda radikalisme yang bisa mengancam keutuhan NKRI. "Kita harus tinggalkan itu, semua ini untuk memlihara NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila,” katanya menambahkan.
Azyumardi menilai, perilaku menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, adu domba, dan lain-lain adalah perilaku jahiliyah yang dikuasai nafsu angkara murka. Ironisnya, perilaku seperti itu kini kembali marak, terutama di media sosial. Penyakit seperti ini dinilai tidak hanya membahayakan moral anak bangsa, tapi bisa memecah belah keutuhan Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
Karena itu semua pihak harus menjadikan tahun baru hijriah untuk membuat resolusi kebulatan tekad dalam diri masing-masing untuk meninggalkan hal-hal jahiliyah diatas menuju kebenaran yang berorientasi penciptaan perdamaian dan kerukunan dalam masyarakat. Juga meningatkan rasa saling menghargai satu sama lain terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada.
“Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke Madinah itu berjumpa bukan hanya dengan orang muslim tapi juga dengan orang-orang Yahudi dan juga ada umat Kristiani. Tapi beliau berdamai, menciptakan perdamaian dengan hijrahnya itu. Jadi meninggalkan nilai-nilai kalau dalam konteks sekarang nilai-nilai yang bisa menimbulkan kekacauan dalam masyarakat pada nilai-nilai keadilan, kebenaran, keikhlasan. itu nilai-nilai positif yang harus diisi dalam tahun baru 1440 hijriah,” kata Guru Besar Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.