REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk beragama tidak semata menggunakan nalar dengan pemahaman tekstual. Akan tetapi juga beragama dengan hati.
Hal tersebut diungkapkan saat acara PesanTrend, merupakan salah satu acara dalam rangkaian peringatan Hari Santri pada 22 Oktober mendatang. “Beragama itu harus dengan hati, tidak semata dengan nalar saja, tidak pula hanya teks. Tetapi berpulang pada hati kita,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Sabtu (8/9).
Menurut Menag, Al Ghazali melalui kitab yang merupakan master piece-nya mampu menggabungkan secara epic antara syariat dan hakikat. Di dalamnya tidak hanya bicara fiqh, tetapi juga sejarah, termasuk tasawuf.
“Al Ghazali adalah ulama yang sangat luar biasa, dapat menggabungkan pendekatan tekstual dan nalar sekaligus,” ujarnya. Penggabungan antara pendekatan keduanya, yang dilakukan oleh Al Ghazali, adalah seturut dengan visi Kementerian Agama.
“Dimana moderasi beragama yang kita usung adalah menggabungkan antara pemahaman tekstual dan nalar sekaligus. Yang seringkali menegasi tidak saling mengisi,” lanjutnya.
Pengajian Ihya Ulumuddin diampu oleh Ulil Abshar Abdalla. Sebagai pengampu ngaji Ihya Ulumuddin di media sosial, Ulil berdampingandengan Budayawan Sujiwo Tejo.