REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, secara teologi, Muharram merupakan bulan yang suci. Pada bulan ini diharamkan untuk berperang.
Pada bulan ini juga Allah menyelamatkan para nabi dari serangan musuh. Sedangkan secara historis, Muharram merupakan awal kebangkitan Islam.
Karena itu, kata Mu'ti, umat Islam menyambut bulan tersebut dengan beragam tradisi.
Sebagian dari tradisi tersebut bentuk peng amalan ajaran Islam. Ia mencontohkan berzikir dan bershalawat.
Meskipun dalam Islam terdapat perbedaan pendapat mengenai zikir itu sendiri. Mu'ti mengamini bahwa banyak tradisi ketika bulan Muharram.
Baca: Momentum Syiar Islam di Tahun Baru Hijriah
Di Jawa sebagian menandai datangnya 1 Muharram dengan bertapa dan menyucikan pusaka. Tradisi seperti ini lebih didominasi oleh mitos kepercayaan Jawa.
"Sebaiknya perayaan Muharram dirayakan sesuai ajaran Islam. Jangan merayakan 1 Muharram dengan boros, kata Mu'ti.
Muhammadiyah tak mengagendakan acara khusus ketika Muharram. Hanya, mereka memperingatinya dengan berpawai atau pengajian. Warga Muhammadiyah tidak mengadakan acara zikir ataupun tradisi lainnya.