Selasa 04 Sep 2018 14:08 WIB

Penguasa-Penguasa Tripoli: Dari Fenisia Hingga Kekalifahan

Gelar untuk para penguasa Tripoli pun berganti-ganti.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
kota tripoli
Foto: members.virtualtourist.com
kota tripoli

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Selama berabad-abad, beragam bangsa pernah menguasai Tripoli. Tercatat dalam sejarah, kota ini pernah dikuasai bangsa Fenisia (Phoenicia), Numidia, Vandal, Bizantium (Romawi), Berber, Normandia, Spanyol, Italia, Romawi, Arab, negara-negara sekutu pada Perang Dunia II, hingga akhirnya Tripoli menjadi ibu kota Libya yang saat itu berbentuk monarki republik.

Gelar untuk para penguasa Tripoli pun berganti-ganti. Ia pernah dipimpin seorang kaisar, raja, sultan, pasha, hingga akhirnya presiden, yakni Muamar Qaddafi yang dijatuhkan rakyat nya pada 2011.

Sejak abad ke-8 SM, Afrika Utara dikuasai oleh Fenisia, bangsa pelaut yang pernah merajai wilayah Laut Tengah dari Levant (pantai Medi terania Timur) hingga Afrika Utara. Dalam Bahasa Fenisia, wilayah Afrika Utara disebut Ui'at dan dalam Bahasa Latin disebut Oea.

Bangsa Fenisia-lah yang pertama kali hadir di tempat yang kemudian diberi nama Tripoli. Ini adalah kota kedua yang mereka beri nama Tripoli. Di Lebanon, tempat asal bangsa Fenisia, mereka lebih dulu mendirikan kota Tripoli.

Baca: Penaklukan Bangsa Arab dan Perlawanan Suku Berber

Di Afrika Utara, Fenisia mendirikan Kota Sabratha, Oea, dan Leptis Magna, serta mem perkenalkan budi daya pohon zaitun. Pada awal abad ke-7 SM, bangsa Fenisia berusaha memperketat kekuasaannya di pantai Afrika Utara dari Teluk Sirte hingga Atlantik.

Bangsa Fenisia sempat mendirikan kerajaan besar di Tunisia yang bernama Kartago. Kerajaan yang berseteru dengan Yunani dan Kekaisaran Romawi ini menguasai kota-kota di sepanjang Afrika Utara, mulai dari Maroko hingga Libya pada abad ke-6 SM.

Sayangnya, sejarah Fenisia cukup sampai di situ karena tidak meninggalkan catatan tertulis dan tidak terdapat pula reruntuhan dari periode Fenisia di Tripoli. Pada abad ke-5 SM, pernah muncul Kerajaan Garamantian yang berpusat di Fezzan, pedalaman Libya.

Bangsa Yunani juga pernah mendirikan koloni di Sirenaika, di wilayah timur Libya saat ini. Setelah Fenesia dikalahkan dan Kartago di hancurkan oleh Romawi pada 146 SM, wilayah ini berada di bawah kendali prokonsularis Romawi di Afrika. Dari sekadar protektorat, Libya kemudian menjadi sebuah provinsi penuh Romawi dengan nama Tripolitania yang dalam bahasa Latin berarti tiga kota.

Di bawah kekuasaan Romawi, dari abad ke lima SM hingga abad kedua SM, Tripoli menjadi kota pelabuhan dan kota perdagangan yang penting. Minyak zaitun, gandum, anggur, dan budak dikirim dalam jumlah besar melalui kota ini menuju Roma. Peninggalan bangsa Romawi di kota ini berupa kubah untuk menghormati kai sar Markus Aurelius.

Tripoli tak hanya menjadi provinsi Romawi, tetapi juga memainkan peran penting dalam perpolitikan. Vespanius merupakan senator pertama dari Afrika Utara yang berhasil menjadi kaisar Romawi pada 69 M. Kemudian, pada 193 M, Septimius Severus yang keturunan Fenisia dan lahir di Leptis Magna, sekitar 120 kilometer sebelah timur Tripoli, juga menjadi kaisar Romawi.

Pada pertengahan abad kelima M, kekaisaran Romawi berada di ujung keruntuhannya akibat konflik dan perpecahan politik. Saat itulah, kaum Vandal, sebuah suku Jermania yang berdiam di Jutland (Denmark), mulai meraja lela di seluruh Eropa. Di Spanyol, kaum Vandal yang mendapat perlawanan dari penguasa Ro ma wi dan Visigoth, memutuskan untuk me re but provinsi makmur milik Romawi di Afrika Utara.

Pada tahun 429 M, Raja Gaiserik mengirimkan pasukan Vandal menyeberangi Selat Gibraltar. Satu persatu kota-kota Romawi di Afrika Utara dijarah. Vandal menguasai Tripolitania lebih dari 100 tahun sebelum akhirnya Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium merebutnya kem bali pada 533 M. Namun, Tripolitania su dah telanjur lumpuh dijarah Vandal hingga ke mudian tentara Arab melintasi Afrika Utara pada abad ke-7.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement