REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Momentum Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijah sering diperingati dengan penyembelihan hewan kurban. Peringatan tersebut tidak hanya dipahami sebatas acara seremonial tanpa makna akan tetapi harus dipetik hikmahnya dengan mendalam.
Demikian disampaikan Ahmad Basarah Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung Jakarta Selatan, Rabu, (22/8).
“Bahwa perayaan Idul kurban bukan hanya seremoni ungkapan solidaritas kemanusiaan terhadap sesama umat manusia, tetapi penyembelihan hewan kurban juga mengandung makna agar kita juga mampu untuk menyembelih nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia sehingga setiap muslim bisa menjadi pribadi yang humanis, shaleh dan takwa,” katanya.
Menurutnya, sifat-sifat binatang inilah yang harus disembelih atau buang jauh-jauh. Sifat licik, amarah dan berperilaku buas terhadap sesama dalam memenuhi ambisi inilah yang harus disembelih dan buang jauh-jauh. “Jangan sampai sifat-sifat buruk binatang buas tersebut bercokol dalam alam pikiran dan hati umat muslim dan bangsa Indonesia," kata Basarah.
Formatur Pembentukan Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI) melanjutkan, bahwa syariat berkurban memiliki akar sejarah panjang yang bisa dilacak dari zaman Nabi Adam AS, kemudian di era Nabi Ibrahim AS hingga nabi besar Muhammad SAW. kurban yang diterima oleh Allah SWT adalah kurban yang dilandasi dengan semangat keikhlasan dan ketaqwaan, sebagaimana hal tersebut ditunjukkan oleh Habil, yang menyiapkan seekor domba besar dan bagus untuk dikorbankan.
Sedangkan kurban Qabil ditolak, lantaran dilakukan tidak dengan ikhlas. Qabil yang terbakar dengan emosi kemudian membunuh saudaranya sendiri, Habil. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan kejadian pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia.
"Bahwa nafsu amarah, nafsu kedengkian telah membutakan mata hati manusia dapat membuat manusia menjadi buas terhadap sesama,” kata dia.
Tidak jarang manusia tega mengorbankan manusia lainnya hanya untuk memenuhi syahwat dan ambisi kekuasaan. Jika nafsu dengki, amarah dan buas tersebut tidak disembelih, maka bukan mustahil kekacauan dan eksploitasi manusia terhadap manusia masih dan akan terus berlangsung serta dapat menimbulkan kekacauan suatu bangsa atau masyarakat duni.
Situasi yang terjadi di masyarakat Arab pra Islam adalah situasi yang memprihatinkan. Praktek dehumanisasi termasuk mengorbankan manusia hidup-hidup menjadi pandangan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW datang menghapus kebiasaan biadab tersebut.
Bahwa tradisi mengorbankan manusia dengan dalih dan alasan apapun dalam peradaban umat manusia saat ini adalah perbuatan yang tidak berperikemanusiaan dan tidak dapat ditolerir.
Semangat berkurban juga bisa diterapkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap komponen bangsa harus mengorbankan egoismenya dan tidak memaksakan kehendak apalagi bersikap buas terhadap sesama dengan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan dan ambisinya.
"Inilah spirit kurban yang harus kita pahami. Mudah-mudahan dengan spirit Idul kurban 1439 Hijriyah ini bangsa Indonesia dapat menjalani kehidupan kebangsaan yang humanis dan penuh solidaritas sesama bangsa Indonesia dan warga dunia" demikian kata Wakil Ketua MPR RI itu.
Dalam perayaan kurban di kantor DPP PDI Perjuangan di Lenteng Agung Jakarta Selatan itu disembelih 29 ekor sapi yang dikumpulkan hewan kurban para pengurus PDI Perjuangan. Daging hewan kurban tersebut akan didistribusikan kepada kaum dhuafa dan warga lainnya yang berhak untuk menerimanya.
Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Hajjah Megawati Soekarnoputri secara khusus menyampaikan ucapan Selamat Idul kurban 1439 Hijriyah kepada seluruh umat Islam Indonesia dan menyerahkan 2 ekor sapi kurbannya kepada Panitia kurban DPP PDI Perjuangan.