Senin 13 Aug 2018 22:10 WIB

Jangan Hanya Setiap Idul Adha

Perayaan Idul Adha 1439 Hijriyah diharapkan mampu mendongkrak asupan gizi masyarakat

Kurban
Foto: Irwan Kelana/Republika
Kurban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Idul Adha 1439 Hijriyah diharapkan mampu mendongkrak asupan gizi masyarakat di daerah.Lembaga zakat, infak, dan sedekah telah berbondong-bondong menyebarkan sosialisasi dan ajakan pada masyarakat agar berkontribusi menyalurkan hewan kurban kepada sesama, terlebih mereka yang tinggal di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).

Reporter Republika, Dea Alvi Soraya, kali ini berbincang dengan Direktur Utama Dompet Dhuafa Imam Rulyawan seputar peran kurban bagi masyarakat. Berikut kutipan wawancaranya.

Menurut bapak, seberapa pentingkah berkurban?

Sangat penting karena dengan berkurban kita mampu memudahkan sesama umat Muslim yang kurang beruntung untuk merasakan pula nikmatnya perayaan Idul Adha.

Wilayah manakah yang seharusnya didahulukan untuk penyaluran kurban?

Wilayah miskin, tertinggal, dan pedalaman. Wilayah yang warganya belum pernah menikmati daging hewan kurban, juga wilayah-wilayah bencana atau rentan konflik.

Apakah dengan berkurban mampu meningkatkan perbaikan gizi masyarakat?

Bisa saja, tapi kurang signifikan. Mengingat kurban ini hanya ibadah yang dilakukan setahun sekali, jadi jaminan peningkatan gizi dari protein hewani juga tidak akan berkembang dengan maksimal.

Terkait penyaluran kurban ke wilayah 3T, apakah dapat menjadi cara meningkatkan gizi?

Sama sebenarnya, karena wilayah tersebut mungkin warga jarang sekali bahkan tidak pernah mengonsumsi daging yang kaya protein. Maka dengan bantuan hewan kurban saat Idul Adha, menurut saya tidak akan cukup untuk membantu meningkatkan gizi mereka.Bantuan bagi wilayah 3T, khususnya dalam meningkatkan gizi, menurut saya bukan dilakukan dengan berkurban, tapi dengan sistem berbagi, sehingga potensinya dapat lebih terlihat.

Apa yang perlu dilakukan untuk merealisasikan peningkatan gizi melalui hewan kurban?

Jadikan bantuan hewan kurban ini tidak hanya dilakukan setiap Idul Adha saja, tapi berkelanjutan, baik itu setiap bulan atau bahkan setiap pekan. Dengan cara ini, potensi meningkatnya gizi masyarakat dapat lebih terjamin.

Apakah berkurban mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)?

Bisa saja. Hanya, ya, harus lebih rutin. Jika bisa, dilakukan setiap pekan, bukan setahun sekali.

Jadi, yang kami harapkan itu bukan IPM dari orang yang menikmati dagingnya (dhuafa), tapi para peternak, di mana mereka mampu meningkatkan omsetnya, keuntungannya, dan pesanannya, sehingga kesejahteraan mereka dapat meningkat dan IPM mereka pun naik.

Tapi, kalau para dhuafa, menurut saya, lebih sulit untuk mengalami peningkatan IPM karena mereka hanya konsumen. Berbeda dengan peternak yang berperan sebagai produsen sehingga potensi peningkatan IPM juga lebih terjamin.

Apa upaya Dompet Dhuafa dalam meningkatkan minat masyarakat untuk berkurban?

Kita melakukan kampanye dan sosialisasi, bahkan juga menggunakan media sosial.Media sosial sejauh ini juga terbukti meningkatkan minat masyarakat untuk berkurban, karena pilihan transaksi yang lebih mudah.Jadi, kami bukan cuma mengandalkan konter offlinesaja seperti di pusat perbelanjaan atau ruang publik. Saya juga beranggapan, nantinya cara ini (medsos) akan menjadi mode transaksi baru yang digemari karena mempermudah penyaluran kurban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement