REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Suyitno mengatakan bahwa seorang guru yang bercadar harus mempunyai komitmen terhadap kebangsaan. Hal itu dikatakan Suyitno saat menjadi narasumber Focus Group Discussion Program Direktorat GTK di Jakarta, Senin (30/7).
Menurut dia, masalah cadar di kalangan guru dan siswa di sekolah saat ini mulai marak. Karena itu, dia mengingatkan agar jangan sampai guru yang bercadar menyalahkan guru yang tidak bercadar.
“Guru yang bercadar juga tetap harus berkomitmen untuk penguatan nilai-nilai kebangsaan, misalnya mau upacara bendera, hormat bendera dan tidak menganggap pemerintah itu toghut," ujar Suyitno dalam siaran persnya yang diterima Republika.co.id.
Selain itu, Suyitno juga menyampaikan tentang titik-titik rawan adanya guru yang terindikasi radikal di daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (3T). Menurut dua, guru di daerah 3T harus mendapatkan perhatian lebih jika melihat situasi bangsa saat ini. “Guru di Daerah 3T juga harus mendapatkan perhatian serius dalam hal kesejahteraan, karena mereka rawan terkena paham radikalisme," katanya.
Dia menambahkan, untuk menangani paham dan gerakan radikalisme sendiri, termasuk di dunia pendidikan tidak bisa dengan cara-cara yang yang terlalu lembut, tapi harus tegas. Karena itu, menurut dia, negara tidak boleh kalah dengan munculnya kelompok-kelompok radikalis.
“Pemegang kebijakan pendidikan akan mempunyai keberanian jika ada regulasi yang kuat, sebagai panduan untuk menindak aktor-aktor pendidikan yang terpapar radikalisme di antaranya guru," jelasnya.