Jumat 13 Jul 2018 08:27 WIB

Masjid Kongo Ini Diyakini Masjid Tertua di Afrika Timur

Masjid ini dibangun dan digunakan para pedagang Arab untuk melaksanakan shalat.

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Masjid Kongo
Foto: Daily Nation
Masjid Kongo

REPUBLIKA.CO.ID, KONGO -- Di tengah pohon baobab yang besar di bagian utara garis pantai Diani, terdapat masjid Kongo yang ikonik. Masjid ini menghadap ke Samudra Hindia. Masjid ini telah berdiri selama bertahun-tahun dan diyakini dibangun menggunakan batu karang pada abad 13 dan 14 oleh pedagang Arab.

Pada saat itu, pantai adalah pusat ekonomi yang penting. Dilansir Daily Nation, masjid ini terkenal sebagai salah satu masjid yang tertua di Afrika Timur dan masih menarik para jamaah. Masjid ini dulunya dikenal sebagai Masjid Diani Persia.

Arsitektur bangunan ini seunik penemuannya.

Kongo berasal dari nama yang tertulis di batu, di salah satu kuburan di kompleks masjid. Di kompleks masjid itu, seorang muslim yang setia, Swaddiq Kongo dikuburkan berabad-abad yang lalu.

Di kompleks masjid juga terdapat beberapa kuburan yang diyakini milik orang-orang yang membangun masjid itu. Menurut catatan sejarah, masjid ini dibangun dan digunakan oleh para pedagang Arab untuk melaksanakan shalat.

Tapi masjid ditinggalkan ketika orang-orang Arab meninggalkan pantai. Kemudian masjid itu dipenuhi oleh hewan liar dan semak-semak. Pohon baobab besar secara bertahap menyelimuti masjid, membuat masjid tertutupi oleh pohon. Sehingga sangat sedikit orang yang tahu keberadaannya.

Namun, 300 tahun lalu, cendekiawan Muslim asli Mwinyi Kombo diduga memiliki wahyu dalam tidurnya yang mengarahkannya ke masjid itu. Saat ini, beberapa penyesuaian telah dilakukan, termasuk pendirian tiga pilar utama untuk menopang masjid.

Interiornya telah direnovasi menggunakan material bangunan modern seperti semen dan cat. Cat hijau dan putih memberi sentuhan modern ke bangunan yang tergolong kuno ini.

Penjaga masjid, Hamisi Suleiman mengatakan perpanjangan masjid ditambahkan ke sayap timur untuk mengakomodasi peningkatan jumlah jamaah. Jumlah jamaahnya bisa  hingga 300 orang untuk shalat Jumat dan perayaan keagaaman Muslim.

"Kami memperluas pintu masuk yang menghadap ke laut untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang mendatangi masjid pada hari Jumat dan pada perayaan Muslim," katanya.

Dia menambahkan, di salah satu bagian majid, ada sebuah batu bulat dan besar yang jaraknya beberapa meter dari laut. Batu tersebut hanya dapat dilihat saat air laut surut.

Penduduk setempat percaya bahwa batu itu adalah batu suci, dan kadang-kadang digunakannya untuk ritual keagamaan. Cerita rakyat mengatakan batu itu dulunya berputar di lautan, tetapi tiba-tiba berhenti. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement