Selasa 15 May 2018 17:14 WIB

Runtuhnya Dinasti Umayyah

Untuk ketiga kalinya sejak kematian nabi, ummah tercabik-cabik oleh perang saudara.

Keruntuhan Dinasti Umayyah (ilustrasi).
Foto: eonimages.com
Keruntuhan Dinasti Umayyah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah era telah berakhir. Pemerintahan Umayyah telah mencapai masa akhir tugasnya. Mereka telah memerintah dunia Muslim sejak 661 M, tahun ketika Muawiyah bin Abi Sufyan secara resmi mengambil gelar amir al-mukminin, pemimpin kaum beriman.

Dimulai dengan sepupu Hisyam, al-Walid II yang senang bersyair, tiga orang tak penting dengan masa hidup singkat saling menggantikan berturut-turut dari tahun ke tahun. Khalifah al-Walid dikenal sebagai al- Naqis (yang tak layak) sebelum naik takhta.

The History of the Prophets and Kings mengisahkan dengan baik penerus al-Walid, Yazid III yang saleh.

photo
Kota Damaskus, Suriah, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah.

Dalam sebuh khotbah masjid yang penuh semangat tentang kewajiban khalifah, Yazid menyatakan bahwa seorang khalifah yang tidak menaati Allah pantas untuk ditentang dan dibunuh. Dia menjanjikan reformasi, namun meninggal empat bulan kemudian.

Pada 743 M dalam apa yang tampaknya merupakan penangguhan hukuman pada saat-saat terakhir Bani Umay yah, para amir Armenia atau Trans kaukasia memimpin pasukannya ke delta Suriah dan menyatakan dirinya khalifah di Damaskus. Marwan bin Muhammad adalah seorang administrator yang cakap dan komandan militer yang inovatif.

Bertakhta beberapa tahun lebih cepat, Marwan II yang setengah baya mungkin telah menahan kebusukan yang hanya semakin dipercepat oleh sikap acuh tak acuh tiga pendahulunya. Akan tetapi, situasi sudah di luar kendalinya karena pemberontakan simultan di Khurasan (Iran) dan Transoxiana (Uzbekistan) mempersulit pegangan khalifah baru yang telah goyah di Suriah.

Untuk ketiga kalinya sejak kematian nabi, ummah tercabik-cabik oleh perang saudara.
Khurasan, sebuah provinsi dengan ruang tak terbatas dan ras majemuk. Dimulai di Iran timur dan berujung di suatu tempat di balik Sungai Oxus. Khurasan (tempat mata hari terbit dalam bahasa Persia) adalah tempat tumbuhnya sektarianisme yang tak terdamaikan. Syiah dan Khawarij mendapatkan pengikut yang banyak di tengah masyarakat Persia, Turki, Kurdi, dan Skit.

Abu Muslim berkuda ke Merv, ibu kota administratif (sekarang Turkmenistan) pada Ramadhan 129 H (747 M) dan membentangkan bendera hitam pemberontakan. Pada akhir 749 M, ketika pasukannya merebut Kufah, ibu kota administratif Irak, persaudaraan egaliter Abu Muslim telah mengikatkan diri pada perjuangan keturunan paman Muhammad, al-Abbas.

photo
Gerbang utara Kota Resafa, situs bekas istana Khalifah Hisyam, salah satu khalifah Dinasti Umayyah.

Seorang bernama Abu al-Abbas, keturunan langsung dari al-Abbas, adalah pemimpin spiritual yang diakui dan khalifah di Masjid Kufah. Abu al- Abbas (749-753 M) mengambil gelar khalifah al-Saffah I (Sang Penumpah Darah) di Kufah. Perintah pertamanya adalah memusnahkan Umayyah.

Dunia Muslim bukan hanya berganti dinasti pada 750 M, melainkan juga membatalkan 90 tahun sejarah Islam. Khalifah Marwan II kehilangan pasukan dan kerajaannya di Tell Kushaf pada 25 Januari 750 M. Tujuh bulan kemudian dia kehilangan kepalanya di pelosok Mesir. Kemurkaan Abbasiyah telah menunjukkan efek yang mengerikan setelah pengepungan Damaskus selama sebulan.

Setelah mencabik-cabik keluarga itu di Masjid Agung kebanggaan al- Walid I, Jenderal Abdullah memerintahkan kuburannya dibongkar dan sisa-sisanya digali, dihancurkan, dan dibakar. Penodaan seperti itu dikecualikan bagi Umar II yang saleh (717-720 M).

photo
Peta wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah.

Regu eksekusi mengejar anggota-anggota terkemuka kelas politik lama. Mereka dibunuh secara keji. Properti Umayyah pun dibakar atau disita. Bab terakhir pembinasaan dinasti itu berlangsung di tepi Sungai Tigris.

Ibu kota Kekaisaran Abbasiyah, Baghdad yang megah, melingkar dengan 16 gerbang didirikan di tepi Sungai Tigris di Irak pada tahun-tahun pertama Khalifah al-Manshur. Lama-kelamaan pengaruh budaya Persia terlihat jelas dalam tatanan khalifah baru.

Ketika sumbu ekumene Islam bergeser ke timur dan menjauh dari lembah Mediterania, satu abad sejarah dari Muawiyah I hingga Marwan II bukan hanya secara resmi dihinakan, melainkan catatan sejarah yang dibuat Abbasiyah tak banyak bicara tentang pemberontakan Berber yang telah menyebabkan Dar al-Islam(negara Islam) jungkir balik. Demikian pula, al-Andalus yang surut jauh dari prioritas kekaisaran istana di Baghdad.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement