REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian mendorong pembentukan koperasi di lingkungan pondok pesantren. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini koperasi mampu menghimpun dan melibatkan masyarakat dalam menumbuhkan aktivitas wirausaha dan meningkatkan pemerataan ekonomi di Indonesia.
"Kami terus mendukung peran koperasi menjadi kekuatan baru yang bisa mengakselerasi peningkatan daya saing industri dalam negeri, terutama sektor industri kecil dan menengah (IKM)," ujar Airlangga dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (10/6).
Sejak 2017, Kementerian Perindustrian telah menginisasi program yang dinamakan Santripreneur. Airlangga memaparkan ada dua model program Santripreneur yang dapatditerapkan, yakni Santri Berindustri dan Santri Berkreasi. Program tersebut bertujuan mendorong penumbuhan wirausaha industri baru di lingkungan pondok pesantren.
Santri Berindustri merupakan upaya pengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh pondok pesantren maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif.
P,ara santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa pondok pesantren untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. "Kami juga memberikan bantuan peralatan dan mesin sesuai kebutuhan pondok pesantren, seperti untuk membuat roti, air minum dalam kemasan, dan pengolahan sampah," kata Airlangga.
Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan 18 pondok pesantren yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada 2018. Pondok pesantren tersebut meliputi delapan wilayah di Jawa Barat, lima di Jawa Tengah dan lima di Jawa Timur.
Kemajuan pendidikan wirausaha pesantren tersebut ditanggapi positif oleh beberapa ulama di Indonesia. Salah satunya, KH Didin Hafidhuddin. "Sangat positif bagi perkembangan pesantren, apalagi budaya pesantren terkenal dengan kemandiriannya. Sehingga mampu juga menciptakan kewirausahaan di pondok pesantrennya," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Senin (22/1).
Menurut Didin, ada beberapa pesantren yang bisa dijadikan percontohan kewirausahaanya. Seperti, pesantren Baitul Mal wat Tamwil (BMT), pesantren Miftahul Huda dan pesantren Darussalam Gontor. "Pesantren tersebut kegiatan usahanya bagus, mereka terlatih kemandiriannya. Jadi, tidak hanya sekedar menjalani pendidikan agama, tetapi juga cara berdagang sesuai sistem kewirausahaan," ucapnya.