Kamis 24 May 2018 16:37 WIB

Beri Perhatian Mubaligh di Perdesaan

Ada ribuan mubaligh yang terus diberdayakan MUI setempat.

Rep: Inas Widyanuratikah/Antara/ Red: Agung Sasongko
Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA MH Ketua umum MUI Kabupaten Bogor
Foto: ROL/Damanhuri
Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA MH Ketua umum MUI Kabupaten Bogor

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, KH Ahmad Mukri Aji menilai masih banyak mubaligh di Indonesia yang perlu diperhatikan. Banyak mubaligh aktif di desa dan kecamatan yang kompeten.

"Semoga ada daftar tahap dua, tahap tiga, baik level nasional, kabupaten, kota, level kecamatan, desa, kelurahan. Karena kantong-kantong umat kita ada di desa, di kelurahan," kata Kiai Mukri pada Republika.co.id, Kamis (24/5).

Di Bogor misalnya, ada ribuan mubaligh yang terus diberdayakan MUI setempat. Mubaligh-mubalig tersebut telah mendapatkan sertifikat dari MUI Kabupaten Bogor.

Asosiasi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Askopis) Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dan Swasta se-Indonesia mendorong para juru dakwah atau penceramah menyebarkan pemahaman mengenai Islam yang moderat.

"Kami mendorong dan mengajak para juru dakwah, penceramah, dan narasumber lainnya untuk senantiasa menyampaikan pemahaman keagamaan yang 'rahmatan lill aalamin', Islam wasathiyah (moderat)," kata Ketua Umum Askopis Muhammad Zamrony di Yogyakarta, Sabtu Kemarin.

Selain menebarkan pemahaman keagamaan yang Rahmatan Lil Alamin, menurut dia, para pendakwah juga perlu menyampaikan wawasan kebangsaan yang pancasilais demi utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Agar tidak mudah diadu domba serta dipecah belah oleh siapapun dan kelompok manapun," kata dia.

Selain itu, dalam pemberitaan kasus terorisme, ia juga berharap media massa tetap setia dan taat pada Nilai-Nilai Agama dan Hukum, Kode Etik Jurnalistik, serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) dengan tidak menampilkan gambar atau video yang mengandung unsur kekerasan dalam meliput terorisme.

"Juga meminta televisi untuk tidak mengundang dan menampilkan tokoh-tokoh agama, politisi dan pihak manapun yang menyebarkan syiar kebencian, permusuhan, ekstremisme dan diskriminasi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement