REPUBLIKA.CO.ID, Sri Wahyuni atau sering disapa Dini adalah seorang janda yang berprofesi sebagai penjual nasi kuning. Saat ini, ia tinggal bersama dua anaknya di kontrakan yang sangat sederhana. Sejak ditinggal wafat suami tercintanya, kini dirinya lah yang menjadi tulang punggung keluarganya, mencarikan nafkah untuk ia dan kedua anaknya.
Saat matahari pagi mulai menyapa, Dini dan anaknya menyiapkan makanan untuk warung nasi kuningnya. Warung ini terletak di pinggir Jalan Emmy Saelan-Rappocini, Makassar. Beberapa pelanggan setia yang kebanyakan berasal dari kalangan buruh lepas, tukang becak, hingga warga sekitar sudah berdatangan. Mereka antre di warung sederhana yang hanya berdiri di pinggir jalan raya dengan atap terpal.
Dini memulai menjual nasi kuning ketika sang suaminya meninggal. Dan dirinya tidak mempunyai satupun keluarga di Makassar. Ibu tangguh dua anak ini adalah orang asli Jawa Timur yang merantau ke Makassar.
Awalnya, Dini sempat putus asa tak bisa membiayai kedua anaknya yang masih kecil. Namun, dengan jiwa yang optimistis, dirinya mulai raup keuntungan banyak dari hasil menjual nasi kuning keliling di hari biasa sebelum bulan Ramadhan.
Begitupun yang terjadi ketika di bulan Ramadhan, menurut penuturan Riswan, Koordinator Kemitraan Zakat LAZNAS Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Perwakilan Sulawesi Selatan mengungkap banyak pihak yang memesan nasi kuning kepada Dini untuk keperluan acara Buka Puasa dalam jumlah pesanan yang sangat banyak.
"Mbak Dini yang akhir tahun lalu mendapat bantuan modal usaha dan gerobak lapak berkah dari IZI, hingga saat ini jualan nasi kuningnya semakin laris. Banyak sekali pihak dari kalangan mahasiswa, komunitas, lembaga hingga perusahaan yang memesan nasi kuning untuk keperluan acara Buka Puasa pada Mbak Dini," ujarnya, Rabu (23/5).
Riswan menekankan penerima lapak berkah tersebut sudah rutin membayar infak melalui LAZNAS IZI.
"Alhamdulillah, beliau juga sudah rutin membayar infak di IZI setiap bulannya sejak awal-awal menerima bantuan usaha dan lapak berkah," katanya.
Salah satu kunci yang menjadi ciri khas Dini ketika berkeliling menjual nasi kuning, dirinya selalu menyapa para pelanggan dengan senyuman. Dan satu lagi, ternyata Dini sudah rutin membayar infak dari keuntungannya sejak awal ia menerima bantuan modal usaha dan gerobak lapak berkah.
“Sedikit tapi berkah, karena kekayaan tidak diukur dari banyaknya harta yang kita miliki, tetapi seberapa mampu yang kita beri kepada orang yang tidak punya. Miskin bukan berarti tidak punya apa-apa, kaya bukan berarti punya segalanya.” katanya.