Ahad 06 May 2018 06:27 WIB

Haedar Nashir: Din Mendiasporakan Islam Tengahan

Islam Tengahan sebagai arus utama Islam dalam membawa misi damai, toleran dan ramah

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyambut baik Bogor Message.  Bogor Message berisi tujuh pesan utama yang penuh makna dan penting seputar nilai Islam Wasathiyah atau Islam Tengahan sebagai arus utama Islam dalam membawa misi damai, toleran, ramah, dan rahmatan lil-alamin.

Tujuh pesan luhur berwatak tengahan itu ialah tawasuth (tengahan), itidal (adil proporsional), tasamuh (toleransi), syura (musyawarah), islah (membangun dan perdamaian), qudwah (keteladanan utama), dan muwatonah (keberbangsaan).

Melalui forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyah (HLC-WMS) yang diselenggarakan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) di Bogor dan Jakarta pada 1-3 Mei 2018 lalu, pesan Bogor memberi suasana optimis dan harapan akan kehadiran Islam dan umat Islam sedunia untuk terwujudnya tatanan kehidupan antarumat beragama, antarwarga, antarbangsa, dan antarsesama umat manusia semesta.

Forum dunia yang dipimpin Din Syamsuddin dan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, dihadiri oleh para ulama, cendekiawan, dan tokoh Islam sedunia. Di sana dibahas berbagai isu dan pemikiran tentang Islam Wasathiyah yang sering juga disebut Islam moderat dari aspek konsep sampai implementasinya melibatkan banyak pihak dari dalam maupun luar negeri.

"Melalui forum internasional itu terbuka peluang Islam Wasathiyah untuk terus menyuarakan dan mewujudkan Islam moderat secara nyata dan luas, baik dalam konteks lokal dan nasional maupun di kancah global," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Ahad (6/5).

Dalam konteks pesan-pesan Islam Wasathiyah tersebut peran Din Syamsuddin sebagai penggagas dan pemimpin HLC-WMS, menurutnya sangatlah penting dalam menyambung mata rantai dialog antaragama dan antar peradaban yang selama ini telah dirintis lebih dari satu dekade di kancah global maupun nasional melalui WPF (World Peace Forum) dan WCRP (World Conference on Religion for Peace).

Terakhir melalui CDCC, tokoh Muhammadiyah alumni Gontor, Ciputat, dan Chicago itu terus menyuarakan dan mendialogkan isu-isu Islam dan pesan agama yang damai, ramah, dan toleran bersama berbagai tokoh dan kelompok linta. Kehadirannya, menurut Haidar, tampak sekali menonjol.

"Prof Din diterima banyak kalangan dan golongan sebagai sosok inisiator dan mediator yang menyuarakan pesan agama berkarakter tengahan untuk semu," ujarnya.

Melalui HLC-WMS, WPF, WCRP, dan CDCC serta kiprahnya di berbagai forum keagamaan multiaspek, Din telah mendiasporakan Islam Wasathiyah menjadi alam pikiran global dan nasional. Dengan banyak kiprahnya itu tidak heran Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode serta Ketua Umum MUI Pusat satu periode itu memperoleh sejumlah penghargaan internasional yang kini juga mengemban tugas penting dari Pemerintah Indonesia sebagai UKP-DKAAP.

"Di tengah kecemasan publik atas segala bentuk ekstrimisme, radikalisme, dan kekerasan di banyak ranah baik nasional maupun global maka Pesan Bogor 2018 di bawah kepemimpinan HM Din Syamsuddin menjadi sangat penting dan memberi harapan baru bagi masa depan dialog serta tatanan kehidupan damai dan berperadaan mulia," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement