Senin 30 Apr 2018 07:29 WIB

Inilah 4 Golongan Manusia: 2 Beruntung, 2 Celaka

Pendidikan Islam diharapkan melahiran Muslim yang sukses dan takwa.

Prof Dr KH Didin Hafidhuddin (kiri).
Foto: Dok SBBI
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Allah menyebutkan beberapa golongan manusia melalui firman-Nya yang termaktub di dalam Alquran. Berdasarkan kekayaan materi dan rohaninya, manusia bisa dikelompokkan menjadi  empat golongan.

“Dari empat golongan tersebut, dua merupakan golongan beruntung dan selamat dunia akhirat, dua lagi merupakan golongan yang celaka di dunia dan akhirat,” kata Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI), di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/4).

Guru besar IPB Bogor itu menyebutkan, kelompok pertama adalah mereka yang takwa dan kaya. Hal itu sebagaimana dimaksudkan dalam Alquran surah an-Nahl ayat 97. "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh—baik laki-laki maupun perempuan—dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan."

Golongan kedua, kata Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (Uika), Bogor, itu adalah orang yang takwa, walaupun mereka secara materi kekurangan. Hal itu ditegaskan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 155-157.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun’. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Juga diungkapkan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 273. "(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Golongan ketiga, kata mantan ketua umum Baznas tersebut, orang yang diberikan banyak materi oleh Allah, tetapi tidak beriman kepada Allah. Kalaupun dia menjadi Muslim, bermaksiat kepada Allah. “Sesungguhnya kekayaan materinya itu bukanlah nikmat dari Allah, melainkan istidraj atau hukuman dari Allah,” tuturnya.

Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam surat al-An’am ayat 44. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

Bagaimana orang-orang beriman memandang orang-orang kafir dan Muslim yang bermaksiat, tetapi hidupnya berkelimpahan secara materi? “Sesungguhnya itu adalah istidraj bagi orang kafir dan orang yang suka bermaksiat, sekaligus menjadi ujian bagi orang-orang yang beriman,” paparnya.

Golongan keempat, kata pakar zakat dan ekonomi syariah itu, mereka yang secara materi kekurangan, secara rohani pun mereka jauh dari Allah. “Sudah miskin harta, miskin rohani pula,” ujarnya.

Hal ini ditegaskan dalam Alquran surah Thaha ayat 124-126: "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: 'Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?'. Allah berfirman: 'Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.'"

Kiai Didin menegaskan tugas dunia pendidikan Islam terkait empat golongan manusia di atas. “Kita berharap dunia pendidikan Islam melahirkan generasi Muslim yang termasuk golongan pertama atau golongan kedua. Tentu saja, yang ideal adalah golongan pertama: sukses dalam penguasaan materi/ekonomi dan takwa kepada Allah. Minimal golongan kedua, walaupun secara materi ada kekurangan, mereka tetap konsisten takwa kepada Allah,” ujar Kiai Didin menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement