REPUBLIKA.CO.ID, LAMONGAN -- Belasan ribu jamaah menghadiri pengajian qalbun salim di pondok pesantren (ponpes) Karangasem, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, pada Jumat malam (27/4).
Pengajian Qalbun Salim merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan Ponpes Karangasem setiap bulan. Namun, Qalbun Salim pada malam ini tampak lebih istimewa lantaran kehadiran Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi yang memberikan ceramahnya.
Pantauan Republika.co.id, belasan ribu orang, dari santri hingga masyarakat sekitar ponpes memadati sejumlah ruas di sekitar masjid untuk mendengarkan ceramah Gubernur NTB tersebut. Tak hanya di sekitar masjid, sejumlah jamaah yang tidak mendapatkan tempat, memilih duduk di sejumlah gang yang diantaranya dipasang layar lebar untuk bisa melihat jalannya ceramah.
Pengasuh Ponpes Karangasem KH Hakam Mubarok mengaku bersyukur bisa mendatangkan TGB di tengah kesibukannya sebagai Gubernur NTB. Hakam mengatakan, TGB merupakan juniornya saat kuliah di Universitas Al Azhar Mesir.
Hakam menilai, TGB merupakan sosok pemimpin yang tepat menjadi teladan bagi masyarakat. Kata Hakam, TGB bisa menyampaikan dan berbagi pengalaman tentang menjadi pemimpin yang baik. Hakam juga berharap, TGB bisa menjadi pemimpin bangsa.
"Beliau ini gubernur yang hafal Alquran, jurusan tafsir sangat memahami bagaimana Alquran buat kita semua, kita ingin beliau menjadi RI 1 atau RI 2. Jadi kita dipimpin seorang yang hapal Alquran. Mudah-mudahan (TGB) bisa memimpin Indonesia ke depan lebih baik," ujar Kiai Hakam.
Ketua Pengajian Qolbum Salim Ponpes Karangasem Ustaz Misbakhul Qulub juga menyampaikan hal serupa. Qulub memandang TGB merupakan sosok yang tepat dalam menuntut Indonesia yang lebih baik ke depan. Ucapan ini disambut riuh tepuk tangan jamaah yang hadir.
"Kalau dari tepuk tangannya (jamaah) seperti menyimpan tanda-tanda. Tanda tanda untuk mengantarkannya (TGB) ke Istana," kata Qulub.
Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan tausiah di Pondok Pesantren Al Mizan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (28/4). (Muhammad Nursyamsyi)
TGB awalnya mengaku malu dan sulit menyampaikan tausiyah karena ada senior-senior saat di Al Azhar di sampingnya. "Saya ingin mengajak kita semua merenungkan, qalbun salim adalah ungkapan Qurani yang lekat dengan hamba Allah SWT yaitu Nabi Ibrahim AS. Qalbun Salim selalu bersama Nabi Ibrahim," ujar TGB.
Qalbun salim memiliki arti bersih dari penyakit-penyakit hati. Kata TGB, ada dua hal yang menjadi pamungkas menolong manusia saat di dunia, yaitu harta dan kelompok, pembela, pasukan, atau pengikut. Pertolongan dengan cara ini acapkali tidak hanya dilakukan untuk hal-hal baik, melainkan juga hal-hal yang negatif.
"Ungkapan qalbun salim ini dorongan kepada kita untuk tidak bergantung pada apapun dalam dunia ini, kecuali kepada Allah SWT, selain itu jangan bergantung padanya, apakah itu harta, jabatan, dan status sosial," lanjutnya.
Usai sedikit mengupas makna qalbun salim, TGB memaparkan tentang kontribusi umat bagi NKRI. Ia mengajak jamaah berkaca pada sejarah. Sekira abad 17 saat belum ada negara Indonesia, perjuangan melawan penjajahan sudah dilakukan para ulama, kaum santri, tokoh Islam, sultan-sultan di nusantara, raja-raja di kerajaan Indonesia.
"Jauh sebelum lahirnya semangat berIndonesia, mereka telah menjadi pionir dan pelopor melawan penjajah yang datang ke sini. Kontribusinya tidak bisa dihitung, denyut nafas perjuangan Indonesia, di situ ada perjuangan ulama dan tokoh-tokoh umat," ucapnya.
TGB mengajak umat untuk meneladani dan meneruskan perjuangan para pejuang di masa terdahulu guna mewujudkan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur atau sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. "Sekarang ini zaman yang sangat cepat perubahannya, dalam perubahan yang sangat cepat ini salah satu yang sering menimpa manusia ialah penyakit resah dan gelisah, keresahan terhadap masa depan, banyak orang penuh kekhawatiran masa depan dan tertawan masa lalu sehingga tidak mensyukuri masa sekarang," katanya.
Padahal, lanjutnya, akar masa lalu bangsa Indonesia penuh dengan nilai-nilai mulia yang menjadi inspirasi bagi segenap anak bangsa untuk melanjutkannya. "Kontribusi (zaman) dulu dengan fisiknya membela tanah air, maka kita sekarang ini perjuangan kita sudah berubah, bagaimana kita sebagai umat Islam yang menjadi umat yang mayoritas secara jumlah tapi juga terbaik secara kualitas," ungkap TGB.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang paling nyaman dalam mewujudkan ruang-ruang perkhidmatan dan ibadah dibanding negara-negara lain. Umat Islam di Indonesia dapat beribadah tenang dan nyaman dengan sarana masjid dan mushala yang sangat banyak.
"Masjid dan mushala di Indonesia sekitar 800 ribu. Kita tidak pernah kekurangan masjid dan mushala, yang sering terjadi ialah mushala dan masjid yang kekurangan jamaah," kata TGB.