REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Konferensi Besar Fatayat NU resmi dibuka. Konbes yang ke XVI kali ini berlokasi di Ambon yang akan berlangsung hingga tanggal 30 April. Sebanyak 34 Pengurus Wilayah dan sejumlah Pengurus Cabang dari seluruh Indonesia turut meramaikan acara ini.
Tema besar yang diusung adalah Rejuvinasi Gerakan Perempuan dari Indonesia Timur. Anggia Ermarini dalam pidatonya menyampaikan bahwa pemberdayaan perempuan harus dilakukan secara merata. Salah satunya gerakan dari Indonesia Timur ini sekaligus mengingatkan kita bahwa banyak sekali potensi perempuan yang dapat kita gali dari bagian timur Indonesia.
"Rejuvinasi itu kan artinya peremajaan, jadi kenapa kita usung tema ini karena harapan kita semua akan ada refreshment (penyegaran) dari gerakan komunitas perempuan" tutur Anggia dalam pesan singkatnya.
Anggia melihat fenomena akhir-akhir ini bahwa kemajuan teknologi banyak membuat perempuan hanyut didalamnya tanpa berbuat sesuatu untuk masyarakat. Kemajuan teknologi belum maksimal digunakan untuk memberdayakan dan menggali potensi perempuan dengan baik.
Disisi lain Anggia juga menyinggung potensi besar yang dimiliki Indonesia di bagian Timur sungguh luar biasa. "Ajang Konbes ini juga kita lengkapi dengan lomba fotografi peran perempuan di sektor ekonomi yang di pamerkan di lokasi acara" imbuhnya.
Pada Konbes ini, agenda yang dibahas adalah respon problem internal dan eksternal. Problem internal diantaranya tentang kaderisasi dan keorganisasian, program eksternal lebih pada isu terkini yang sifatnya global. Beberapa menteri kabinet Kerja yang mengkonfirmasi kehadirannya sebagai narasumber antara lain, Menpora Imam Nahrawi dan Menteri PDTT Eko Putro Sanjoyo.
Sementara itu, hadir dalam acara pembukaan ini adalah Menteri Ristek Dikti RI, Muhammad Natsir. Dia menyampaikan apresiasinya atas peran Fatayat NU selama ini dalam memberdayakan perempuan dan anak di Indonesia. Dalam sektor pendidikan pun Fatayat memiliki peran yang luar biasa.
"Harapan kami pada Fatayat NU cukup besar terutama untuk terus meningkatkan sumberdaya perempuan Indonesia, salah satunya dalam bidang teknologi" terangnya.
Menurutnya, jika perempuan bisa melek teknologi dengan baik terutama para aktivis perempuan, akan sangat membantu sebagai media dakwah. Termasuk juga kemampuan untuk memfiltrasi informasi hoaks.
"Indonesia sedang masuk dalam fase revolusi industri ke-4 yaitu digitalisasi dan negara kita belum memiliki sebuah sistem integrasi untuk filterisasi media digital, maka kemampuan masyarakat dituntut untuk bisa memahami mana informasi yang benar dan tidak" tambahnya.
Selain itu hadir pula Ketua PBNU Robikin Emhas. Dalam sambutannya, dia menyampaikan bahwa peremajaan gerakan perempuan harus lebih massif dan terukur.
"Separoh dari problematika bangsa ini termasuk soal anak dan perempuan sehingga peran organisasi perempuan berbasis apapun mutlak diperlukan, dan PBNU mendukung sepenuhnya upaya Fatayat dalam merejuvinasi gerakannya dari Indonesia Timur," jelasnya.
Ambon adalah pengeksport ikan terbesar didunia, ini potensi yang sungguh luar biasa. Bagi perempuan ini merupakan peluang usaha yang bisa dikembangkan secara beragam sekaligus media untuk memancing potensi-potensi lain yang dimiliki perempuan di wilayah timur Indonesia.
Acara Konferensi Besar Fatayat NU ke XVI ini resmi dibuka oleh Menristek Dikti RI didampingi Ketua PBNU, Ketua Umum Fatayat NU dan Plt Gubernur Maluku Zeth Sahuburua dengan bersama menabuh alat musik tifa, seni khas musik dari Ambon.