REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mendapat berbagai undangan dari sejumlah pondok pesantren (ponpes) Nahdlatul Ulama (NU) maupun institusi pendidikan berupa sekolah dan madrasah, mulai tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi di bawah Lembaga Pendidikan Ma'arif NU dalam beberapa waktu terakhir.
TGB menyampaikan hal ini, sekaligus sebagai permakluman dan permohonan izin untuk memenuhi undangan dari ponpes-ponpes NU dalam beberapa kegiatan pengajian kepada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj dalam silaturahim di Kantor PBNU, Jakarta, pada Kamis (26/4).
"Saya sampaikan kepada Pak kiai (Said Aqil), saya mohon izin untuk bisa memenuhi itu, kalau ada keluangan (waktu) saya penuhi karena beliau pimpinan di NU," ujar TGB usai silaturahmi dengan Kiai Aqil di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (26/4).
Kata TGB, Kiai Aqil menyambut positif undangan dari sejumlah ponpes NU kepada TGB. Menurut Kiai Aqil, lanjut TGB, silaturahmi dan transfer ilmu memang harus dilakukan untuk memberikan motivasi bagi para santri.
Menurut TGB, Kiai Said Aqil sosok pribadi unik yang memiliki prinsip dan mampu membangun jejaring silaturahmi lintas golongan, aliran, kepentingan. "Rasanya menjadi jembatan penghubung seperti beliau itu yang kita perlukan, walaupun yang namanya jembatan, sering diinjak, artinya punya risiko kadang di caci maki segala macam, tapi tetap konsisten menjembatani," ujar TGB.
TGB menyampaikan, silaturahmi dengan Kiai Said Aqil berlangsung hangat dan kerap mengundang gelak tawa. "Walaupun kita tertawa, tapi banyak hal serius yang kita bicarakan, kita bicara tentang wacana-wacana keIslaman yang berkembang di Indonesia," lanjutnya.
TGB juga sepakat dengan Kiai Aqil perihal sejumlah wacana yang lebih menghabiskan waktu dan energi seperti persoalan khilafiyah, hingga persoalan celana panjang-pendek di antara kaum Muslimin. Alih-alih berkutat pada persoalan tersebut, TGB menilai lebih urgen bagaimana menghadirkan wajah Islam yang baik.
"Banyak kesannya kita kuat di aqidah, syariah, tapi akhlak lemah. Saya pikir itu hal yang harus kita koreksi jadi menghadirkan wajah Islam, yang etika, aspek akhlak lebih kuat itu perlu, kalau aqidah dan syariah sudah pengamalan kita masing-masing," kata TGB.