REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi maktab memiliki keberlanjutan. Pada masa Turki Usmani, banyak sekolah dasar didirikan. Ekmeleddin Ihsanoglu dalam tulisannya, Ottoman Educational and Scholarly-Scientific Institutions, mengatakan sekolah dasar yang dibangun di sana merupakan kelanjutan dari konsep sekolah yang dikenal maktab atau kuttab.
Sekolah-sekolah tersebut, juga terkait dengan istilah dar al-talim, dar al-huffaz, tash maktab atau maktab. Pada umumnya, sekolah dasar di masa Turki Usmani dibangun oleh negarawan atau sultan. Lokasinya berada di dalam area kompleks masjid atau dalam bahasa Turki sering disebut kulliye.
Anak-anak yang telah mencapai usia lima tahun, akan memulai pendidikannya di sekolah-sekolah ini. Saat itu, tak ada prosedur penerimaan siswa baru atau pendaftaran seperti sekarang. Anak-anak dari semua keluarga Muslim berhak untuk mendapatkan pendidikan di sana.
Pengajarnya adalah orang-orang yang memiliki pendidikan madrasah atau para imam dan pengurus masjid. Tujuan pendirian sekolah ini merupakan pendidikan dini dalam menulis dan membaca. Termasuk, berhitung dan pengajaran dasar-dasar agama Islam serta Alquran.
Selain itu, para siswa di sekolah itu biasanya mebaca kamus puisi dalam bahasa Arab dan Persia, seperti Subha-i Sibyan and Tuhfe-i Vehbi. Saat itu, tak ada patokan usia siswa yang bisa dinyatakan lulus. Namun, ada patokan yang pasti bagi mereka untuk bisa menyudahi pendidikan di sekolah dasar, yaitu kemampuan membaca Alquran.
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II, mulai ada upaya reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan dasar ini. Melalui sebuah peraturan, ia menyatakan, pemerintah mengelola pendidikan dasar itu. Juga ada penentuan umur kelulusan. Para siswa menjalani pendidikan di sekolah dasar hingga mencapai pubertas.
Upaya lain dilakukan pada masa Sultan Abdulmecid pada 1845 Masehi. Ia menginginkan adanya perbaikan dalam sistem pendidikan di sekolah dasar. Di antaranya, ia mensyaratkan agar guru-guru yang mengajar memiliki izin untuk memberikan pengajaran.
Tak hanya itu, Sultan Abdulmecid juga menerapka sistem kelas. Ini artinya para siswa dikelompokkan ke dalam sejumlah kelas. Untuk mengevaluasi sejauh mana para siswa mampu menangkap pelajaran yang diberikan para guru, pada masa sang sultan, sekolah memberlakukan tes evaluasi atau ujian.