Selasa 17 Apr 2018 17:00 WIB

Muslim Bolivia Tampik Tuduhan Negatif

Muslim Bolivia jaga citra Islam.

Ilustrasi Islamphobia
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Islamphobia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Islamic Center Bolivia, Mahmud Amir Abusharar, tidak bisa menerima agama Islam dibawa-bawa dalam persoalan antarpemerintah. Mahmud, pengungsi asal Palestina, menampik segala tuduhan yang dialamatkan kepada umat Islam.

Dia mengatakan, laporan intelijen maupun tuduhan negatif sangatlah tidak berdasar dan tidak punya bukti kuat. Pasalnya, selama ini, agama Islam tidak sekalipun mengajak pada kebencian.

''Islam menyerukan untuk bersikap baik, jujur, dan menghargai perbedaan, bukan untuk menunjukkan sikap agresif,'' papar Abusharar.

Jadi, sambung dia, sangat jauh dari kenyataan bila dikatakan Islam mempromosikan ektremisme maupun terorisme. Islam, lanjutnya, adalah agama damai yang senantiasa menjauhi cara-cara kekerasan.

Oleh karena itu, dia tidak percaya bahwa Islamic Center dan komunitas Muslim di Bolivia ingin membahayakan AS ataupun pihak lainnya. Bahkan, dia mengecam siapa pun yang dengan sengaja ingin menyebarkan kebencian atas nama agama serta bertindak di luar koridor hukum dan akhlak.

Lebih jauh, dia menolak adanya stigma serta tudingan negatif. Dirinya sepakat jika yang dikemukakan adalah bersifat kritikan yang membangun sehingga bisa menjadi fungsi kontrol dan koreksi.

Abusharar mengatakan, ''Kita hidup di sebuah negara demokratis. Dengan demikian, jika kita ingin menjaga iklim demokrasi yang kondusif, hendaknya kita menjauhi sikap-sikap saling curiga seperti itu.''

Dia justru curiga, ada kelompok yang punya kepentingan tertentu. Mereka tidak menginginkan stabilitas. Mereka juga tidak senang melihat Islam berkembang dan memiliki hubungan baik dengan banyak kalangan. ''Mereka punya agenda khusus. Mereka mengarang sesuatu tentang umat Muslim dan ingin membenturkan dengan kelompok lain, ujarnya.

Pihak Islamic Center mempersilakan siapa pun yang ingin melihat dari dekat kondisi sebenarnya dan apa saja yang diajarkan.

Pada bagian lain, Abusharar meminta agar masalah politik tidak dicampuradukkan dengan kehidupan keagamaan. Dia yakin, bukan masyarakat Muslim Bolivia yang menjadi sorotan pihak asing.

Bila muncul persoalan dengan kebijakan pemerintah, lanjut dia, tidak lantas tersangkut dengan umat Islam. Dalam kaitan ini, dirinya dan segenap umat tidak sepakat bila ada motif untuk mengecam pemerintah.

Menurut Abusharar, kelompok-kelompok inilah yang harus diwaspadai. Tak hanya oleh Pemerintah Bolivia, umat Islam, melainkan juga oleh Pemerintah AS. Mereka ingin menunjukkan bahwa semua pihak merupakan musuh AS.

''Saya pastikan, semua yang dialamatkan kepada kami, tidaklah benar. Saya kerap bertemu dengan warga AS dan kami saling menghormati satu sama lain. Jadi, kita punya musuh bersama,'' ujar Abusharar mengingatkan.

Baginya, sebagian besar warga Barat tetap memiliki tenggang rasa terhadap umat Muslim. Hanya saja, pemberitaan negatif tentang Islam telah membentuk opini sedemikian rupa hingga memersepsikan Islam sebagai agama teror.

''Jika mereka berpikir jernih serta memiliki pemerintah yang bijak, omong-kosong seperti itu akan dikesampingkan,'' paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement