Ahad 08 Apr 2018 23:20 WIB

Derita Muslim Afrika Tengah

Mereka tidak diizinkan untuk mengekspresikan diri mereka sebagai Muslim.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Republik Afrika Tengah
Foto: africannews
Republik Afrika Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dilansir dari Aljazirah Lebih dari 30 ribu Muslim tinggal di tujuh daerah kantong, dijaga oleh pasukan PBB di seluruh negeri.Tetapi bagi yang tinggal di luar, terutama di daerah pedesaan, mereka menjadi sasaran serangan massa.

"Mereka tidak diizinkan untuk mengekspresikan diri mereka sebagai Muslim, jika berada di luar daerah yang dijaga, mereka tidak dapat shalat, berpakaian dengan cara apa pun yang mengidentifikasi mereka sebagai Muslim," kata Joanne Mariner penasihat respons krisis senior di organisasi yang berbasis di Inggris.

Kelangsungan hidup mereka tergantung pada rutinitas sehari-hari bernegosiasi dengan pejuang anti-Balaka. Mariner menga takan bahwa banyak yang dipaksa pindah agama ke Kristen atau menghadapi penganiayaan dari masyarakat.

Meskipun kekerasan telah berkurang sejak akhir 2014, negara ini tetap tidak aman. Lebih dari satu juta orang mengungsi. Pada bulan April, seorang utusan AS mengatakan bahwa hampir semua dari 436 masjid di Afrika Tengah telah dihancurkan masyarakat. Samantha Power, Duta Besar AS untuk PBB, menyebut kehancuran ini merupakan hal gila dan mengerikan.

Amnesty mengatakan, dalam laporannya bahwa tidak ada masjid di luar Bangui dan Kota Carnot, telah diperbaiki atau dibangun kembali. Salah satu tanda paling jelas dari intensitas animus sektarian adalah penghancuran masjid-masjid negara.

Komisi Penyelidikan PBB tentang negara ini pada 2014 menemukan bahwa 99 persen Muslim ibu kota telah meninggalkan Bangui. Sebanyak 80 persen dari seluruh penduduk Muslim di negara itu telah melarikan diri ke Kamerun atau Chad, dan 417 dari 436 masjid CAR hancur. Sejak 2014, beberapa Muslim telah kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement